REPUBLIKA.CO.ID,UNGARAN -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang masih mempunyai 'pekerjaan rumah' yang tidak ringan, dalam pencegahan stunting atau gagal tumbuh kembang pada anak di daerahnya. Sebab dari 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Semarang, kasus stunting pada anak masih ditemukan --setidaknya-- di 12 wilayah kecamatan.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kabupaten Semarang, Romlah mengatakan, Pemkab Semarang pun terus berupaya mengambil langkah- langkah strategis dalam rangka mencegah dan menangani salah satu problem kesehatan di masyarakat ini.
"Termasuk menggandeng sejumlah pihak ketiga maupun melibatkan akademisi dalam rangka mencegah dan mengupayakan penanganan stunting tersebut," ungkapnya di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Rabu (27/10).
Yang terbaru, Pemkab Semarang --melaĺui DP3AKB-- melibatķan Universitas Ngudi Waluyo (UNW) Ungaran dalam membantu mencegah dan mengupayakan penanganan yang komperehensif terhadap anak dengan masalah stunting di Kabupaten Semarang.
Kerjasama dengan UNW, jelas Romlah, menjadi penting dalam upaya mengoptimalkan pencegahan serta pelayanan stunting pada anak yang terus dilaksanakan oleh Pemkab Semarang. Hal ini merupakan bagian dari upaya membangun kerja sama pentahelix dalam meningkatkan mutu kesehatan masyarakat.
Sebab perguruan tinggi memiliki potensi sumber daya manusia (SDM) yang memadai guna mendukung berbagai program kesehatan maupun program- program kependudukan. Terlebih UNW memiliki program studi kesehatan yang dapat dimanfaatkan untuk mencegah penambahan anak penderita stunting.
Melalui kerjasama ini, kami berharap akan semakin memperkuat langkah- langkah pencegahan dan penanganan stunting pada anak, yang masih ditemukan di Kabupaten Semarang. Khususnya dalam memaksimalkan mutu dan keberhasilan penanganan stunting.
Berdasarkan data DP3AKB Kabupaten Semarang, angka prevelansi stunting tertinggi berada di Desa Kemawi, Kecamatan Sumowono. Sedangkan penanganan stunting tahun 2021 dilaksanakan di 10 desa yang tersebar di enam kecamatan.
“Maka kerjasama dengan UNW akan semakin memperluas jangkauan penanganan stunting mencakup 20 desa yang ada di 12 kecamatan dengan temuan kasus stunting pada anak tersebut,” tambahnya.
Sementara itu, Rektor UNW, Prof Subyantoro menyampaikan, sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi, UNW sangat merespon kerjasama dalam mendorong mutu kesehatan masyarakat di Kabupaten Semarang ini.
Dalam kerjasama ini, UNW akan menitikberatkan pada upaya penelitian dan pengabdian masyarakat bersama DP3AKB. Penanganan stunting menjadi salah satu fokus program studi (prodi) Gizi UNW melalui penelitian dan pengembangan makanan berbasis lokal yang dapat diberdayakan untuk penanganan stunting.
"Di luar itu, UNW juga akan menjadikan penanganan stunting di Kabupaten Semarang sebagai sasaran program bagi mahasiswa yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di tengah- tengah masyarakat," tambah Rektor UNW.