REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tingkat kemiskinan di Indonesia mengalami peningkatan sejak pandemi Covid-19. Hal tersebut salah satunya akibat banyak orang kehilangan pekerjaan atau menjadi pengangguran. Tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 8,75 juta orang. Lebih dari itu, banyak pengangguran adalah pemuda di usia produktif. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS pada Februari 2021, jumlah Tingkat Pengangguran Terbuka penduduk dengan usia 20-24 tahun sebesar 17,66 persen, sedangkan usia 25-29 mencapai 9,27 persen.
Melihat kondisi tersebut, Dosen Fakultas Peternakan UGM, Muhsin Al Anas menginisiasi program Ayo Angon. Kata Angon sendiri berasal dari bahasa Jawa yang artinya menggembala. Ajakan untuk menggembala ini merupakan program pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan di bidang peternakan.
"Tujuan utama dari program ini adalah masyarakat atau pemuda dapat memiliki bisnis di bidang peternakan. Selain itu, juga menumbuhkan ketertarikan pemuda untuk menjadi peternak, sehingga menjadi solusi permasalahan terkait jumlah peternak yang setiap tahun semakin berkurang," kata Muhsin kepada wartawan, Rabu (27/10).
Target utama dari pendampingan atau pemberdayaan ini adalah pemuda memiliki bisnis di bidang peternakan yang efisien dan menguntungkan. Transfer pengetahuan dan teknologi tentunya menjadi hal wajib untuk pengembangan bisnis. Sehingga diharapkan, pemuda mulai melihat bahwa peternakan yang dijalankan secara bisnis dapat memiliki peluang besar untuk meningkatkan ekonomi. Selama ini, pandangan banyak orang adalah peternakan masih dijalankan secara tradisional dan kurang menguntungkan.
"Melalui Ayo Angon kita ingin mengubah pandangan anak muda bahwa peternakan kurang menguntungkan, terlebih pekerjaan kasar dan berat. Selain itu, pemuda sangat dibutuhkan untuk menggerakan industri peternakan supaya dapat turut andil dalam memperjuangkan kedaulatan pangan," jelas Muhsin.
Meski sudah dirintis sejak 2020,namun baru bisa dilaksanakan pada tahun 2021 ini dengan melaksanakan program di dua lokasi, yakni Desa Ngalang, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta dan Desa Bulan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Pemuda yang terlibat dalam program ini berusia 20-35 tahun. Di Desa Ngalang, program yang dikembangkan adalah pabrik pakan konsentrat dan penggemukan domba serta sapi. Sedangkan di Desa Bulan, peternakan bebek dan pabrik pakan.
Di dua lokasi tersebut, dikembangkan kelompok ternak untuk mengelola bisnis dan melakukan kemitraan dengan masyarakat. Sebagai contoh, di Desa Ngalang, kelompok ternak mengembangkan pabrik pakan konsentrat untuk usaha penggemukan. Pakan konsentrat tersebut dimitrakan dengan peternakan sekitar sebagai pinjaman program penggemukan domba atau sapi selama 3-4 bulan. "Setelah melakukan penjualan ternak, peternak berkewajiban mengembalikan biaya pakan konsentrat," katanya.
Muhsin Al Anas menambahkan bahwa pelaksanaan program Ayo Angon dimulai dari pemilihan pemuda yang memiliki ketertarikan di bidang peternakan. Setelah itu, pemuda akan mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya peternakan. Materi pelatihan tersebut meliputi pengembangan lahan hijauan, pembibitan ternak, pembuatan pakan dan suplemen, pengolahan limbah dan pembuatan pupuk kompos, dan manajemen budidaya peternakan.
Selain itu, pemuda juga diajak berkunjung ke peternakan skala industri untuk meningkatkan gambaran dan motivasi terkait peluang bidang peternakan. Pembangunan kandang untuk pemeliharaan ternak dan pabrik pakan dilakukan setelah pemuda dirasa siap dengan pengetahuan dan keterampilan dalam beternak dan menjalankan usaha.
"Kami memiliki progres yang sangat baik dengan pembangunan kandang ternak domba dan sapi serta didukung pabrik pakan konsentrat. Kami berharap usaha peternakan ini dapat berdampak terutama dalam mengurangi pengangguran dan peningkatan ekonomi di desa kami," papar Doni Fitrianta selaku ketua kelompok ternak di Desa Ngalang, Kabupaten Gunungkidul.
Yoga Ardian Prasetyo, salah satu pemuda yang terlibat dalam program peternakan bebek di Desa Bulan, Kabupaten Klaten menjelaskan bahwa program ini makin meningkatkan keterampilannya untuk budidaya bebek, terlebih pembuatan pakan secara mandiri untuk meningkatkan efisiensi usaha. "Kelompok ternak kita kini sedang meningkatkan populasi ternak melalui pengembangan infrastruktur kandang dan pabrik pakan," ujarnya.
Program Ayo Angon sendiri mendapatkan dukungan pendanaan dari Fakultas Peternakan UGM dan Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat UGM, serta Australian Alumni Grant Scheme (AGS). Ke depan program ini menurut Muhsin akan semakin melibatkan berbagai berbagai pihak pihak seperti institusi pemerintahan, perusahaan, perbankan, dan organisasi masyarakat supaya jangkauan program semakin luas.