REPUBLIKA.CO.ID, GRESIK -- Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menjelaskan, jebolnya tanggul di Desa Bengkelolor, Kecamatan Kedamean, menjadi penyebab utama terjadinya banjir di beberapa wilayah di Gresik. Setidaknya, kata dia, ada 13 tanggul yang jebol. Empat alat berat sudah dikerahkan untuk memperkuat tanggul Kali Lamong.
Upaya melakukan penanganan-penanganan darurat di Kali Lamong, kata Emil, harus dilakukan secara bertahap. Karena skalanya dinilai cukup besar. “Kalau ditotal, penanggulan dilakukan sekitar 100 kilometer. Menanggul 100 kilometer merupakan proyek yang sangat besar,” ujarnya, Selasa (9/11).
Menurutnya, penanganan banjir di Kali Lamong harus dilakukan secara bertahap. Pada prinsipnya, menangani sungai dimulai dari hilir hingga hulu. Dengan kata lain, kata Emil, dimulai dari titik-titik yang paling penting.
“Berdasarkan pemetaan yang paling darurat, dimulai dari Desa Jono, Kecamatan Cerme, berlanjut ke Desa Tambakberas, kemudian ke Desa Morowudi,” ujarnya.
Emil menambahkan, saat ini, Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWS) juga akan membantu persoalan yang sedang dialami Kabupaten Gresik. Mereka akan mendatangkan alat berat untuk membantu sekaligus menguatkan tanggul yang jebol.
Selain normalisasi sungai dan memperkuat tanggul, kata Emil, BPBD Jatim telah melakukan penanganan lain. Di antaranya membuka posko kesehatan di setiap puskesmas dan puskesmas pembantu wilayah kecamatan yang terdampak banjir. Selain itu juga melakukan evakuasi warga di wilayah terdampak banjir, dan membuka dapur umum.
Berdasarkan data BPBD Jatim, per Senin (8/11) jumlah warga yang mengungsi sebanyak 403 orang. Rinciannya, sebanyak 21 balita, 77 anak-anak, 273 orang dewasa, dan 32 lansia. Kemudian jumlah kecamatan yang terdampak banjir sebanyak 5 kecamatan. Terdiri dari Kecamatan Balongpanggang, Kecamatan Benjeng, Kecamatan Cerme, Kecamatan Menganti, dan Kecamatan Kedamean. Adapun jumlah rumah yang terdampak sebanyak 2.211 rumah.