REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah daerah diingatkan untuk waspada terhadap potensi kenaikan kasus Covid-19 menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X pun mengingatkan agar kasus Covid-19 di DIY tidak meningkat.
Saat ini, penambahan kasus Covid-19 di DIY dinilai masih melandai. Kasus di DIY sempat naik di atas 50 kasus pada 3 dan 10 November 2021 kemarin, dan pada 8 November DIY mencatatkan penambahan tertinggi se-Indonesia walaupun dengan penambahan sebanyak 33 kasus. "Yang penting kita coba jaga sekarang (kasus Covid-19) untuk tidak naik, (tapi) tetap melandai," kata Sultan.
Landainya kasus jelang Nataru, dinilai juga berdampak pada landainya penambahan kasus saat Nataru. Sebaliknya, jika kasus naik menjelang Nataru, maka saat Nataru bahkan usai Nataru diperkirakan kasus terus naik mengingat kunjungan wisatawan ke DIY juga meningkat dalam beberapa pekan terakhir.
Sultan berharap menjelang Nataru 2022 ini, kasus Covid-19 di DIY melandai. Dengan begitu, saat Nataru tidak terjadi kenaikan kasus yang lebih tinggi. "Jangan sampai (saat) ini (ketika) terjadi melandai, baru pada Nataru naik, karena menurunkannya itu jauh lebih susah," ujar Sultan.
Meskipun begitu, Pemda DIY sudah mengantisipasi jika terjadi kenaikan kasus ke depan. Saat ini, keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 dan shelter untuk isolasi juga rendah. "Yang (dirawat) di rumah sakit kan tinggal lima sekian persen bed saja yang terpakai, banyak yang kosong," jelasnya,
Terkait dengan ketersediaan oksigen di DIY, juga memadai. Pasalnya, saat ini DIY sudah dapat memenuhi sendiri kebutuhan oksigen dengan dibangunnya generator oksigen.
"Oksigen tidak ada masalah, kita kan sudah ada pabrik disini, tidak ada masalah. Tapi (harapannya) jangan naik (kasus Covid-19), biar selesai lah," kata Sultan.
Beberapa waktu lalu, Sultan juga sudah menyebut bahwa akan memperketat mobilitas masyarakat saat Nataru jika ditemukan klaster penularan Covid-19. Di DIY ditemukan adanya klaster takziah dan ditemukannya kasus Covid-19 di sekolah selama proses PTM berlangsung di Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul.
"Harapan saya nanti di Nataru mungkin kondisinya akan lebih baik. Kalau jadi klaster, mungkin kita akan memperketat di Tahun Baru maupun Natal," kata Sultan.
Sementara itu, pemerintah kabupaten/kota juga mengantisipasi potensi penyebaran Covid-19 saat Nataru, termasuk Pemerintah Kota Yogyakarta. Salah satunya dilakukan dengan menerapkan pembatasan kunjungan wisatawan yang sudah mulai diberlakukan sejak pekan kemarin.
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan, dalam beberapa pekan terakhir wisatawan sudah mulai memenuhi Kota Yogyakarta. Destinasi wisata juga sudah diizinkan untuk beroperasi menyusul turunnya level PPKM menjadi level 2.
"Sejak awal kita mengantisipasi agar saat sudah membuka destinasi wisata, kita harus bisa mengendalikan pola aktivitas masyarakat agar mereka tidak merasa bebas melakukan apapun," kata Heroe.
Pembatasan kunjungan wisatawan ini diberlakukan selama dua jam, khususnya bagi yang mengunjungi di kawasan Malioboro. Penggunaan aplikasi Sugeng Rawuh pun diwajibkan bagi wisatawan sebagai pengingat waktu kunjungan selama berada di destinasi wisata.
"Ada nanti pemberitahuan (melalui aplikasi) bahwa Anda sudah dua jam (berkunjung) dan segera meninggalkan Malioboro," ujarnya yang juga Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta tersebut.
Heroe pun meminta seluruh masyarakat dan wisatawan untuk tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Mengingat, saat ini sudah ada beberapa klaster baru penularan Covid-19 yang ditemukan di Provinsi DIY.
Meskipun, di Kota Yogyakarta belum ditemukan adanya klaster baru, baik klaster di destinasi wisata, klaster sekolah maupun klaster di masyarakat. Namun, pihaknya meminta agar masyarakat dan wisatawan tidak menyepelekan protokol kesehatan.
"Semboyan kita, datang sehat, pulang sehat. Harapan kita tidak hanya melindungi wisatawan, tapi warga Kota Yogya juga kita lindungi," jelasnya.