REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kepala Stasiun Geofisika BMKG DIY, Ikhsan mengatakan, pengaruh La Nina di DIY pada awal musim penghujan Oktober-November memberikan dampak cukup tinggi sekitar 60 persen. Kemudian, berlanjut Desember 2021, Januari, dan Februari 2022.
"Meski persentase peningkatan curah relatif lebih kecil, namun dampak terhadap peningkatan bencana hidrometeorologi semakin tinggi terlebih pada puncak musim hujan," kata Ikhsan di Setda Sleman.
Curah hujan November 300 milimeter per bulan, Desember dan Januari 400 milimeter per bulan serta Februari 500 milimeter per bulan. Maka itu, BMKG turut memberi rekomendasi ke pemda maupun masyarakat yang terkait pengelolaan sumber air.
Serta, pengurangan risiko bencana di daerah-daerah berpotensi terdampak La Nina. Ikhsan meminta semua pihak agar bersiap segera untuk melaksanakan antisipasi pencegahan dan mitigasi terhadap peningkatan bencana hidrometeorologi di Sleman.
Seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, maupun badai tropis. Kemudian, agar lebih optimal mengelola tata air terintegrasi dari hulu hingga hilir, menyiapkan kapasitas sungai atau kanal untuk antisipasi debit air yang berpotensi berlebih.
"Perlunya memberikan imbauan bagi masyarakat untuk mewaspadai terjadinya bencana hidrometeorologi akibat fenomena La Nina yang terjadi pada musim hujan 2021-2022 ," ujar Ikhsan.
Bupati Sleman, Kustini Purnomo, sudah mengimbau masyarakat Sleman meningkatkan kewaspadaan dan mempersiapkan langkah-langkah antisipasi. Terutama, dalam rangka menghadapi ancaman bencana alam di penghujung tahun dengan melakukan mitigasi.
Apalagi, potensi terjadinya bencana alam pada akhir 2021 datang tidak cuma saat masuknya musim penghujan, tapi di tengah ancaman pandemi covid. Karenanya, semua harus bisa menyikapi sungguh-sungguh dengan siap siaga antisipasi sedini mungkin
Kustini mengingatkan, Kabupaten Sleman memiliki beberapa potensi bencana seperti ancaman erupsi Gunung Merapi, banjir lahar dingin, hujan deras disertai angin, banjir, dan tanah longsor. Kewaspadaan ini diharap mencegah jatuhnya korban jiwa.
Aktivitas vulkanik Gunung Merapi sendiri masih cukup tinggi berupa erupsi efusif. Karenanya, berdasarkan pengamatan visual dan instrumental dari BPPTKG, Gunung Merapi sampai saat ini masih ditetapkan status siaga atau level III.
Potensi bahaya berupa guguran lava dan awan panas di sektor tenggara–barat daya sejauh maksimal tiga kilometer ke arah Sungai Woro. Serta, sejauh lima kilometer ke arah Sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Sungai Putih.
Selain itu, kewaspadaan diharapkan mampu menekan potensi kerugian materi sekecil mungkin. Melalui apel kesiapsiagaan, Pemkab Sleman dan instansi-instansi terkait diharap mampu mempersiapkan diri secara maksimal dengan seluruh sumber dayanya.
"Baik personel maupun sarana dan prasarana, untuk berperan secara aktif dalam rangka penanggulangan bencana alam dan penyebaran virus corona," kata Kustini.