REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Di kawasan Kotabaru, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta, terdapat Kampung Lampion Code 18. Di lokasi inilah, menjadi wilayah pengabdian para anggota Forum Pegiat Literasi Anak Pinggiran Kali Code. Salah satunya yakni M Febi Anggara.
Setiap hendak beraktivitas, Febi harus memasuki gang kecil, menuruni tangga jalanan beraspal, melewati rumah-rumah yang saling berhimpitan untuk sampai ke tempatnya mengajar. Dari kejauhan, terlihat anak-anak kecil bantaran Kali Code sedang bermain di depan gardu jaga.
Tidak selang lama, mata-mata polos bahagia itu terlihat memandangi kami dari kejauhan. “Mas Febi, kita belajar sore ini apa nanti bada Maghrib?” ujar anak laki-laki berbaju merah bertubuh gempal.
Spontan, Febi bersalaman dengan anak-anak sembari menjawab, “Nanti kita belajar, Mas mau shalat Ashar dulu.”
Ia pun terus melangkahkan kaki di antara dinding rumah-rumah, di gang kecil itu, sepuluh meter dari mushala, dan disambut seorang anak perempuan, “Mas Febi sampai kapan di sini? Kita belajar nggak?” ujarnya antusias.
“Belajar,” tanganya sembari meraih tangan perempuan kecil itu, bersalaman. “Kita hari ini belajar menggambar, ya.” “Mas Febi datang. Mas Febi datang. Mas Febi datang. Belajar. Belajar,” teriak perempuan kecil itu sambil berlari memanggil teman-temannya.
Sesampainya di mushala, ia pun segera menunaikan shalat Ashar. Di mushala tanpa nama inilah anak-anak belajar menggambar, mengaji, menulis, membaca, dan kegiatan lainya. Tidak menunggu waktu lama, belasan anak Kali Code 18 sudah berkumpul di sana.
Mereka terlihat gembira belajar menggambar meskipun dengan peralatan yang sederhana. Anak-anak duduk seduprak melingkar tak beraturan tanpa meja, hanya beralaskan karpet dan buku untuk mengganjal kertas putih agar mudah digambar dan diberi warna.
Pewarna krayon beberapa sudah berbintik-bintik hitam, tinggal setengah, tapi masih bisa digunakan. Suasana tidak pernah tidak dengan candaan dan pertanyaan.
Celoteh dan canda tawa anak anak terlihat jelas sore itu. Satu pewarna krayon digunakan secara bergantian, mereka terlihat bahagia bisa menggunakannya secara bergantian. Kesederhanaan dan keterbatasan mereka tidak membuat kebahagiaan mereka redup.
Febi pun bercerita jika dalam Forum Pegiat Literasi Anak Pinggiran Kali Code tidak hanya dirinya sendiri, ada sejumlah mahasiswa lain dari berbagai universitas. Semangat belajar anak-anak, cerita Febi, memiliki semangat antusias yang tinggi.
Baginya, semangat belajar itu terbukti dengan adanya perkembangan kemampuan anak-anak bantaran. “Anak-anak sudah sampai Alquran yang dulunya masih iqro tiga dan empat. Dan ada beberapa udah ada, beberapa orang yang awalnya iqro satu dan dua kini sudah sampai iqro lima dan enam. Selain itu, dalam segi ibadah mereka shalat jamaah terus mulai Maghrib dan Isya. Begitu juga dengan sebagian warga,” kata Febi.
Kemudian, jika saja beberapa pekan Febi dan teman-temanya tidak hadir mengajar di Kali Code 18, anak-anak pasti menanyakan mengapa tidak hadir, “Ketika hadir mereka bahagia dan berteriak kepada teman, Mas-nya datang. Artinya menandakan mereka antusias terhadap pelajaran dari aspek agama” sambungnya.
Selama mengajar selama tiga tahun, geliat Forum Pegiat Literasi Anak Pinggiran Kali Code awal pertama kali masuk Kali Code 18, ujar Febi, anak-anak tidak langsung terbuka. "Mereka masih nakal masih ribut, tapi seiring berjalannya waktu, teman teman di sini mulai tertata, dalam artian nggak terlalu kaya dulu. Dan akhirnya mereka tenang mau belajar," ujarnya.
Febi mengungkapkan bahwa Forum Pegiat Literasi Anak Pinggiran Kali Code memilih menggunakan pendekatan agama sejak awal masuk. Sebab, bagi Febi, mengajar dengan mendekatkan agama melalui ngaji dapat menyentuh emosional manusia.
“Di sini dulu gak ada orang shalat, cuma anak kecil dan saya, mungkin hanya lima orang. Kemudian, seiring melalui pendekatan agama, masyarakat sini mau memenuhi mushala untuk shalat berjamaah, Maghrib sampai Isya konsisten berjamaah,” ujar Febi.
Tidak hanya kegiatan harian, Forum Pegiat Literasi Anak Pinggiran Kali Code juga mengadakan kegiatan tahunan.
“Kemarin saat Idul Fitri, salah satu teman yang namanya Aldri itu memimpin shalat Idul Fitri dan mengisi khotbah untuk pertama kalinya menyelenggarakan Idul Fitri di sini. Dan saya sendiri pernah menjadi khatib di sini ketika shalat Idul Adha. Selain itu juga menyelenggarakan zakat dan lain sebagainya. Selain itu juga ada kaya festival lampion yang biasa diselenggarakan.”
Tanggapan warga
Sebelum adanya Forum Pegiat Literasi Anak Pinggiran Kali Code 18, sejak 2010, wilayah ini sudah dijadikan tempat oleh para mahasiswa untuk sekadar bersosialisasi dan menyelesaikan tugas akhir penelitian. Mahasiswa yang datang berasal dari berbagai perguruan tinggi seperti UGM, UKDW, UPN, UNY yang berkumpul menjadi satu komunitas yang dikenal dengan komunitas cemara.
Salah satu warga Kali Code 18, Miskam menuturkan, setiap kegiatan mahasiswa di sini selalu diterima dengan baik oleh warga. Ia mengatakan siapapun yang ingin mencari ilmu di sini dipersilahkan, selagi sama-sama membawa manfaat baik. Terlebih anak-anak sangat antusias belajar jika ada mahasiswa datang.
“Anak-anak sangat antusias untuk belajar kalau ada mahasiswa datang, dulu sebelum ada tempat ini mereka belajar di rumah Pak Sardi. Tapi sayang sekali tempatnya sempit dan anak-anak semakin banyak, jadi warga inisiatif untuk menyediakan tempat sebagai sarana untuk mereka belajar,” ujarnya.
Raut wajah bahagia anak-anak terlihat bahagia ketika ada mahasiswa yang datang. Karena itu warga Kali Code 18 menyediakan tempat sarana belajar, yaitu Mushola. Sebab, tidak memungkinkan jika terus terusan di salah satu rumah warga, Pak Sardi, selain sempit jumlah anak-anak juga semakin banyak.
Antusias mahasiswa mengajar mendapat sambutan baik dari warga. Hal ini yang membuat kegiatan mahasiswa di lingkungan Kali Code 18 masih berjalan sampai saat ini. Mahasiswa yang datang silih berganti, mereka memiliki jiwa sosial yang tinggi dan warga merasa terbantu dengan adanya mahasiswa yang mau berbagi ilmu.
Miskam selaku warga Kali Code 18 mengucapkan terima kasih kepada para mahasiswa yang mau menyumbangkan ilmunya di sini. “Warga berterima kasih, merasa sangat terbantu dengan adanya para mahasiswa yang mau mengajar secara sukarela di sini,” ujarnya mengakhiri.