Rabu 17 Nov 2021 14:43 WIB

Mahasiswa UGM Latih Warga Lapas Beternak Ayam

Dalam proses beternak ini, ayam dipelihara dari umur pullet 18 pekan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Peternak memanen telur ayam di salah satu peternakan.
Foto: ANTARA/Fransisco Carolio
Peternak memanen telur ayam di salah satu peternakan.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta memberi pendampingan beternak ayam ke warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Sleman, DIY. Pendampingan dan pelatihan di bidang peternakan dalam rangka meningkatkan kapasitas warga binaan.

Kegiatan juga untuk menambah aktivitas selama menyelesaikan masa hukuman pidana. Ada Dio Fico Felsidan Diatmono dan Briantoro Imam Sudrajat Fakultas Peternakan serta Anisya Ratna Komalasari dan Shita Al-Addawiyah Lampart dari Fisipol.

Pelatihan dilaksanakan dengan dibimbing Dr Chusnul Hanim. Dio mengatakan, mereka memberi pelatihan beternak ayam bahagia, merupakan petelur dengan Strain Lohman Brown. Pemeliharaan ayam ini dirasa cocok dilakukan di Lapas kelas IIB Sleman.

Sebab, dapat memanfaatkan kembali kandang yang sebelumnya sempat terbengkalai di Kampung Asimilasi dengan melakukan sedikit perbaikan dan modifikasi. Dipilihnya ayam jenis bahagia karena memiliki ketahanan dan kemampuan adaptasi yang baik.

Dalam proses beternak ini, ayam dipelihara dari umur pullet 18 pekan dan sudah mulai bertelur sejak umur 20 pekan. Perawatan ayam ini terbilang mudah, yaitu cukup rutin memberi pakan yang telah diformulasikan dengan nutrisi yang baik. "Sebanyak dua kali sehari dan menjaga kebersihan kandang," kata Dio, Rabu (17/11).

Program sudah diinisiasi sejak Juni 2021 lalu. Ayam diternakkan dengan konsep umbaran di lahan tertentu mengedepankan prinsip animal kesejahteraan hewan (welfare), sehingga ayam dapat mengekspresikan dirinya dan tidak mudah stres.

Dio merasa, konsep beternak ayam bahagia lebih efektif dan efisien karena modal awal pemeliharaan terjangkau dan telur yang dihasilkan lebih sehat dan memiliki nilai jual tinggi. Lapas Kelas IIB sendiri memiliki 225 warga binaan laki-laki.

Lapas memberikan pelatihan kemandirian dan peningkatan keterampilan di lahan terbuka milik lapas atau Kampung Asimilasi. Beberapa program pelatihan yang diberikan antara lain di bidang jasa, pertanian, manufaktur, dan peternakan.

Beberapa program telah berkembang pesat, tapi mereka masih sering alami gagal di pelatihan bidang peternakan karena kurang pemahaman manajemen beternak yang baik dan benar. Salah satunya kandang di Kampung Asimilasi menjadi terbengkalai.

Kemudian, transfer ilmu pengetahuan di bidang peternakan kepada warga binaan menjadi terhambat. Usai pelatihan, Dio menjelaskan, warga binaan sudah dapat beternak mandiri, lalu ayam telah bertelur dan produktivitas terus meningkat.

"Produk telur mulai dijual ke petugas lapas lain dan tamu yang berkunjung. Hasil penjualan telur digunakan untuk memenuhi biaya pakan dan perawatan," ujarnya.

Selain itu, Dio bersama rekan-rekan menghubungkan warga binaan dengan Plaza Agro Fakper UGM sebagai tempat memasarkan telur. Dio juga memberi training of trainer ke petugas lapas yang ikuti pelatihan agar jadi fasilitator warga binaan lain.

Kepala Lapas Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Sleman, Kusnan berharap, dari pendampingan yang diberikan tim mahasiswa UGM dapat menularkan pengetahuan tentang budidaya ayam bahagia. Baik kepada pembimbing maupun warga binaan. "Ke depan diharapkan mahasiswa dapat membuat terobosan baru lagi," kata Kusnan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement