REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Pemkab Sleman akan mengetatkan lagi pembatasan mobilitas masyarakat. Hal itu jadi strategi jelang libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022, masa landai pandemi dan wacana penerapan PPKM level tiga ke seluruh wilayah di Indonesia.
Kebijakan itu sendiri rencananya mulai diterapkan selama Desember 2021-Januari 2022 mendatang. Bupati Sleman, Kustini Purnomo, turut mengeluarkan imbauan agar warga Sleman tidak mudik baik dari maupun ke Sleman untuk mencegah penyebaran.
Untuk menjaga situasi pandemi Covid-19 di Sleman agar tetap kondusif, warga Sleman yang perantau maupun yang dirantau diimbau agar tidak mudik saat libur Nataru. Ia merasa, kegiatan silaturahmi masih bisa dilakukan secara virtual. "Mari jaga diri, lingkungan, saudara kita," kata Kustini.
Kustini turut meminta warga setempat tidak menggelar acara-acara yang memiliki potensi menimbulkan kerumunan pada saat pergantian tahun nanti. Artinya, ia menekankan, akhir tahun tidak perlu ada pesta-pesta dan acara-acara khusus.
Saat ini, kata, Pemkab Sleman sedang berusaha menangani Covid-19 demi keamanan dan kenyamanan masyarakat. Terlihat dari mulai turunnya kasus positif harian yang sempat naik karena muncul klaster takziah dan industri tahu rumahan.
Tapi, ia menegaskan, kasus klaster-klaster itu sudah berhasil ditekan dan dijadikan evaluasi agar tidak terulang lagi. Intinya, Kustini mengingatkan, sampai saat ini DIY maupun Kabupaten Sleman masih akan sangat berhati-hati.
Kustini berharap, warga Sleman bisa terus menjaga kedisiplinan untuk memutus mata rantai penularan Covid-19. Ia berpendapat, kini penting bagi kita menjaga kesadaran kolektif untuk mencegah terjadi kembali penularan selama pandemi.
"Penularan terjadi karena adanya intensitas sering bertemu dan interaksi masyarakat dengan skala besar," ujar Kustini.
Jelang masa landai pandemi, Pemkab Sleman masih memberi perhatian untuk bidang sosial dan ekonomi. Karenanya, percepatan perbaikan ekonomi dan pemulihan kondisi sosial masyarakat Sleman jadi pembahasan perencanaan pembangunan 2022.
Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa mengatakan, sosial dan ekonomi merupakan dua bidang yang secara langsung terdampak atas terganggunya kesehatan akibat mewabahnya Covid-19. Karenanya, pemulihan kedua bidang jadi sangat penting.
Sebab, saat kesehatan terpuruk, ekonomi pasti terdampak. Pandemi mengakibatkan beberapa permasalahan pembatasan masyarakat untuk aktivitas sosial dan ekonomi. Salah satu dampak utama batasan tersebut pendapatan masyarakat yang berkurang.
Menurut Danang, pandemi Covid-19 ini turut mengakibatkan adanya peningkatan persentase warga miskin di seluruh daerah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perkembangan kemiskinan di Kabupaten Sleman pada 2020 mencapai 8,12 persen.
"Meski peningkatan kemiskinan di Sleman tidak signifikan, namun itu jadi fokus kita pada 2022, menurunkan angka kemiskinan dengan beberapa program pemerintah," kata Danang.
Pemulihan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat dalam perencanaan pembangunan 2022 meliputi penguatan modal pelaku UMKM terdampak. Pelatihan menghasilkan nilai tambah, padat karya, ketersediaan pangan, memulihkan kunjungan wisata.
Lalu, membangun lagi jejaring pasar untuk produk pelaku usaha dan efektifkan pengadaan jaring pengaman sosial bagi masyarakat terdampak. Dalam mewujudkan perencanaan itu, Danang mengingatkan, pemerintah tidak bisa melakukan sendiri.
Danang menekankan, Pemkab Sleman akan melakukan pembaruan data kemiskinan dengan program musyawarah dusun. Data dan klasifikasi warga miskin ditentukan musyawarah melibatkan Rukun Warga (RW), Rukun Tetangga (RT), Dukuh dan lainnya.
Ke depan, bantuan bagi mereka harus tepat sasaran karena warga miskin ini ada dan banyak. Tapi, klasifikasinya harus dipahami dan salah satu usahanya tentu dengan mengefektifkan jejaring pengaman sosial bagi masyarakat terdampak.
"Maka penyesuaian data kemiskinan itu penting agar bantuan dapat tepat sasaran," ujar Danang.