REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Palang Merah Indonesia (PMI Pusat) melalui bidang Penanggulangan Bencana menyelenggarakan lokakarya dan pelatihan (Lokalatih) Enchance Vulnerability & Capacity Assesment (EVCA) program pertama-DAS dukungan America Redcross dan International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC) di Solo, Jawa Tengah.
Perwakilan dari American Red Cross, Al Akbar Abu Bakar, menyampaikan kegiatan lokalatih dilaksanakan selama lima hari dan diikuti 25 peserta dari perwakilan PMI provinsi, kabulaten/kota seluruh Indonesia.
Perwakilan dari International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC), Husni Mubarok, mengatakan, kegiatan lokakarya dan pelatihan ini merupakan kesempatan untuk banyak diskusi, berbagi cerita dan pengalaman, menyamakan visi dan mimpi untuk program ketangguhan masyarakat.
Chief Executive Officer dan Sekertaris PMI Solo, Sumartono Hadinoto menyatakan kesempatan diskusi dan pertemuan tersebut wajib dimaksimalkan waktunya oleh oara peserta. Karena pada setiap operasi tanggap darurat bencana seringkali terlihat banyak penumpukan bantuan dan di sisi lain pada tempat yang berbeda ada banyak masyarakat yang membutuhkan dan menunggu.
"Inilah kita pentingnya belajar, diskusi dan menyusun sistem agar pada setiap operasi tanggap darurat bencana apapun dan dimana pun bisa berjalan efektif, efisien dan cepat tentunya," ujarnya.
Ia menambahkan, manajemen penanggulangan bencana menjadi sangat penting. Untuk itu salah satu upaya PMI Solo dalam memberikan edukasi, sosialisasi, pengembangan kapasitas dalam hal ketangguhan dan kebencanaan dengan membuka program studi manajemen penanggulangan bencana di Politeknik Akbara Surakarta.
Kegiatan lokakarya dan pelatihan tersebut dibuka oleh Wakil Ketua Bidang Penanggulangan Bencana PMI Pusat, Ritola Tasmaya. Dalam sambutannya, Ritola mengatakan program lokalatih menjadi salah satu program terbaik yang dijalankan PMI.
"Program ini melatih kita untuk berpikir cepat, bukan hanya mengatasi masalahnya, tetapi juga mempersiapkan masyarakat untuk juga bisa mengantisipasi kemungkinan bencana yang datang," jelas dia.
Ritola menambahkan, selain sistem dan kapasitas yang terus dikembangkan PMI, untuk keberhasilan dalam setiap penanganan atau pun operasi tanggap darurat bencana wajib membangun kolaborasi/komunikasi dengan pemerintah setempat dan melibatkan masyarakat tentunya.
"Langkah ini akan meningkatkan jangkauan keberhasilan PMI dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, efektif serta efisien," tegasnya.