REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Menyambut Hari Guru Nasional tahun 2021 pada 25 November lalu, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan menggelar Award Kepala Sekolah Inspiratif Nasional. Lima dari 10 besar finalis nominasi award ini adalah kepala sekolah yang telah sejalan dalam menerapkan nilai-nilai, konsep dan praktik Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM).
Kelimanya adalah Agus Triyanto dari SMKN 11 Semarang, Anik dari SMKN 1 Panji Situbondo, Herry Fitriadi dari SMKN 2 Amuntai, Esta Pinta dari SMKN 28 Jakarta, serta Farida dari SMKN 1 Pringapus.
Menurut Agus Triyanto, menjadi kepala sekolah inspiratif adalah melakukan gerakan-gerakan kecil, tetapi berdampak luar biasa. Seperti praktik baik yang ia angkat dalam kesempatan award ini, yaitu “Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan melalui Sistem Kebijakan Pembelajaran Si OB”, Simpel, Optimal dan Berkualitas.
"Simpel artinya memanfaatkan platform Google Drive sebagai portal pembelajaran selama PJJ karena kemudahannya, optimal artinya platform ini dapat digunakan secara daring maupun luring, dan berkualitas artinya meskipun sederhana, tetapi pembelajaran dapat berlangsung dan terukur," kata Agus dalam siaran pers yang diterima Republika, Jumat (3/12).
Sebagai kepala sekolah, kolaborasi dan memberikan ruang kemerdekaan kepada guru-guru adalah prinsip utama yang beliau pegang. Nilai kolaborasi ia wujudkan dalam pembelajaran. Diskusi dengan guru-guru terkait perencanaan desain pembelajaran kolaboratif rutin ia lakukan agar siswanya dapat menghasilkan produk.
Guru-guru juga diberi ruang kemerdekaan untuk melakukan variasi metode pembelajaran yang kontekstual. Hal ini sesuai dengan peribahasa "kul sinangkul ing bot repot", artinya semua beban dianggung bersama untuk menuju suatu kebaikan.
"Hal yang yang saya alami dan lakukan sebenarnya berawal dari pola mindsetnya GSM, yaitu berubah, berbagi, berkolaborasi, itu yang juga diinginkan oleh warga sekolah," tutur Agus Triyanto.
Selain Agus Triyanto, Award Kepala Sekolah Inspiratif Nasional juga disandang oleh Anik, Kepala Sekolah SMKN 1 Panji Situbondo. Ia mengusung tema praktik baiknya dengan judul “GSM Memerdekakan”. Hal ini ia lakukan karena beliau yakin nilai-nilai dalam GSM adalah jawaban untuk kondisi saat pandemi maupun tidak pandemi. Ia juga meyakini bahwa GSM adalah jawaban dari permasalahan pendidikan.
Meskipun awalnya ia tidak berencana ikut dalam penghargaan ini karena keterbatasan waktu, ia akhinya memutuskan untuk tetap ikut. Ia bersama tim tetap melanjutkan pembuatan video dan naskah dengan waktu yang hampir habis di sela-sela kesibukannya menggelorakan nilai-nilai GSM di berbagai sekolah.
"Memang saya ingin memotivasi guru-guru bahwa Bu Anik melakukan ini nggak setengah-setengah agar hasilnya tidak seperempat. Bu Anik tanamkan empati sebagai pihak penyelenggara. Kalau banyak peserta yang ikut mendukung akan senang. Juara atau tidak, itu Allah yang menentukan," ungkap Anik.
Ia mengungkapkan bahwa GSM adalah tempat ia bisa menjawab kegelisahan tentang bagaimana menjadi seorang guru. Ia telah membuktikan berdasarkan pengalaman di sekolahnya.
Metode pembelajaran seperti project based learning (PjBL), home based learning (HBL), social emotional learning (SEL) serta praktik sederhana namun bermakna dalam seperti refleksi dan bintang kebaikan sudah dilakukan di sekolahnya. Dari situ ia melihat sendiri bagaimana siswa dan gurunya merasa senang di mengikuti pembelajaran dan berada di sekolah.
Selain itu, nilai yang disebarkan oleh GSM juga diperkuat oleh dasar teori transformasi dan revolusi otak yang diungkapkan dua pendiri GSM, yaitu Muhammad Nur Rizal dan Novi Poespita Candra Poespita. Pola pikir sekolah menyenangkan dan pergerakan akar rumput secara terus menerus ditanamkan di berbagai kesempatan pelatihan dan kegiatan kelas di komunitas. Kedua hal inilah yang mendasari keyakinannya terhadap GSM.
Dalam melakukan perubahan, GSM memberikan panduan kepada anggota komunitasnya dengan empat strategi perubahan. Strategi tersebut meliputi kepemimpinan sekolah transformatif, lingkungan belajar positif dan keterhubungan sosial, pembelajaran berbasis penalaran dan kesadaran diri, dan pengembangan praktik bersama. Strategi ini berdampak pada tumbuhnya ekosistem baru yang memberikan ruang bagi setiap murid dan warga sekolah untuk menemukan potensi terbaiknya yang unik dan beragam.
Hal yang ditanamkan kepada anggota komunitas adalah selalu melakukan aksi perubahan yang easy action. Serta, tidak perlu menunggu perubahan yang signifikan untuk dapat berbagi. Ketika seorang guru atau kepala sekolah sudah melakukan perubahan kecil, ia memiliki kesempatan yang sama untuk membagikan praktik baiknya. Hal inilah yang menjadi alasan masifnya pergerakan GSM.
Menurut pendiri GSM, Muhammad Nur Rizal, GSM adalah gerakan yang mendorong guru untuk menjadi arang kehidupan bagi anak-anaknya ke depan. Guru-guru didorong untuk tidak sekedar berprestasi sendiri layaknya lilin, karena lilin akan cepat terbakar dan cepat mati.
"Jadilah arang. Ketika hidup, arang itu akan menular ke arang lainnya sehingga akan menciptakan cahaya yang lebih terang sekaligus menghangatkan. Ketika kita mati sebagai arang maka akan ada arang lain yang akan meneruskan perjuangan kita," kata Rizal.