REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Jumlah warga Kabupaten Lumajang yang meninggal akibat erupsi Gunung Semeru terus bertambah. Terbaru, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang mencatat ada 29 orang meninggal akibat erupsi.
Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, BPBD Lumajang, Joko Sambang menyatakan, total korban meninggal dunia tersebut termasuk tambahan tujuh orang pada Selasa (7/12). Jumlah ini kemungkinan akan bertambah mengingat ada laporan baru dari lapangan. "Cuma kami tidak berani menyampaikan karena nunggu hasil dari tim yang di RS," kata Joko saat dihubungi Republika, Selasa sore.
Dari 29 korban meninggal dunia, delapan di antaranya masih belum teridentifikasi. Oleh karena itu, delapan korban ini masih berada di Kamar Mayat Rumah Sakit (RS) Kabupaten Lumajang. Sementara itu, untuk korban meninggal lainnya sudah dimakamkan di tempat masing-masing.
Menurut Joko, hal yang menyebabkan proses identifikasi ini lambat karena kondisi mayat yang sudah rusak. Sebab itu, dibutuhkan tim khusus yang harus mendeteksi lebih rinci mengenai identitas korban. "Mungkin dipakai sidik jari atau DNA. Itu langkah-langkah lebih lanjut nanti," jelasnya.
Sementara itu, Joko tak menampik ada banyak laporan kehilangan keluarga dari masyarakat. Namun hingga sekarang, BPBD dan sejumlah instansi serta relawan masih berusaha untuk mencari warga yang hilang. Dalam hal ini termasuk di titik-titik yang mungkin masih terkubur jenazah korban erupsi.
Sebelumnya, Gunung Semeru mengalami peningkatan aktivitas vulkanik yang ditunjukkan dengan terjadinya guguran awan panas. Guguran ini dilaporkan mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (4/12) pukul 15.20 WIB.
Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Gunung Semeru di Pos Gunung Sawur, Dusun Poncosumo, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro telah melaporkan adanya getaran banjir lahar atau guguran awan panas tercatat mulai pukul 14.47 WIB dengan amplitudo maksimal 20 milimeter. Pada pukul 15.10 WIB, PPGA Pos Gunung Sawur melaporkan visual abu vulkanik dari guguran awan panas sangat jelas. Hal tersebut teramati mengarah ke Besuk Kobokan dan beraroma belerang.
Berdasarkan laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), guguran lava pijar teramati dengan jarak luncur kurang lebih 500 hingga 800 meter. Pusat gugurannya berada kurang lebih 500 meter di bawah kawah.