Rabu 08 Dec 2021 15:53 WIB

Korban Meninggal Akibat Erupsi Semeru Jadi 39 Orang 

Terdapat 105 orang terluka akibat erupsi.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Fernan Rahadi
Kondisi Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh, Lumajang, Jawa Timur, Rabu (8/12), pasca erupsi Gunung Semeru. Data tim DVI Polri, korban erupsi Gunung Semeru yang ditemukan meninggal hingga Selasa (7/12) berjumlah 30 orang. Dari jumlah itu, 10 jenazah sudah berhasil diidentifikasi. Sementara 20 jenazah lainnya masih dalam proses identifikasi.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Kondisi Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh, Lumajang, Jawa Timur, Rabu (8/12), pasca erupsi Gunung Semeru. Data tim DVI Polri, korban erupsi Gunung Semeru yang ditemukan meninggal hingga Selasa (7/12) berjumlah 30 orang. Dari jumlah itu, 10 jenazah sudah berhasil diidentifikasi. Sementara 20 jenazah lainnya masih dalam proses identifikasi.

REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang melaporkan jumlah korban meninggal dunia akibat erupsi Gunung Semeru bertambah hingga Rabu (8/12) siang. Tercatat, 39 warga di sejumlah kecamatan meninggal akibat bencana tersebut. 

Selain data orang meninggal, Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Joko Sambang juga melaporkan, terdapat 105 orang terluka akibat erupsi. Jumlah ini termasuk 23 orang yang mengalami luka berat. "Dan 82 orang mengalami luka ringan," kata Joko saat dikonfirmasi Republika, Rabu (8/12) sore.

Sementara itu, Joko juga mengungkapkan, ada 31 unit fasilitas umum yang rusak akibat erupsi. Kemudian 3.021 peternak di sejumlah kecamatan di Kabupaten Lumajang mengalami kerugian. Para peternak harus kehilangan 764 ekor sapi, 684 ekor kambing dan 1.578 ekor unggas.

Adapun mengenai hunian yang rusak, BPBD masih harus melakukan pendataan. Pasalnya, para relawan terkendala untuk melakukan proses tersebut mengingat sisa material erupsi masih panas. Ditambah lagi, abu vulkanik menutup banyak hunian rumah hingga menyisakan atap. 

Berdasarkan situasi tersebut, tim BPBD yang bertugas mendata seperti fasilitas umum (fasum) hanya bisa mengambil data dari balai desa. "Jadi misal di sekitar itu sekian, gitu tok. Cuma belum bisa diidentifikasi karena kami tidak tahu kondisi rumah awalnya seperti apa. Jadi belum bisa kami petakan," ungkapnya.

Sebelumnya, Gunung Semeru mengalami peningkatan aktivitas vulkanik yang ditunjukkan dengan terjadinya guguran awan panas. Guguran ini dilaporkan mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (4/12) pukul 15.20 WIB.

Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Gunung Semeru di Pos Gunung Sawur, Dusun Poncosumo, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro telah melaporkan adanya getaran banjir lahar atau guguran awan panas tercatat mulai pukul 14.47 WIB dengan amplitudo maksimal 20 milimeter. Pada pukul 15.10 WIB, PPGA Pos Gunung Sawur melaporkan visual abu vulkanik dari guguran awan panas sangat jelas. Hal tersebut teramati mengarah ke Besuk Kobokan dan beraroma belerang. 

Berdasarkan laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), guguran lava pijar teramati dengan jarak luncur kurang lebih 500 hingga 800 meter. Pusat gugurannya berada kurang lebih 500 meter di bawah kawah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement