Senin 13 Dec 2021 15:17 WIB

Hadapi Disrupsi Digital dengan Ketangkasan dan Keterampilan

Disrupsi digital ditandai dengan empat hal yang biasa disebut dengan VUCA.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Kampus UMM.
Foto: Dokumen.
Kampus UMM.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Upaya menghadapi era disrupsi digital bukan perkara mudah. Apalagi dengan empat fenomena yang muncul seperti votality, uncertainty, complexity, dan ambiguity (VUCA).

Meski begitu, ada langkah-langkah yang bisa ditempuh untuk bertahan dan melewati situasi tersebut. Hal itu disampaikan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Abdul Mu’ti kepada mahasiswa baru (maba) dalam pembukaan Student Day Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Sabtu (11/12).

Menurut Mu’ti, dunia sebenarnya telah mengalami disrupsi digital tatkala teknologi informasi menjadi bagian dari manusia. Begitupun dengan internet yang tidak bisa lepas dari proses kehidupan. "Apalagi dengan adanya pandemi covid yang juga memberikan proses akselerasi munculnya fenomena ini," kata Mu'ti.

Ia juga menjelaskan, disrupsi digital ditandai dengan empat hal yang biasa disebut dengan VUCA. Votality, menggambarkan dunia yang terus menerus berubah. Tidak hanya dalam hitungan tahun, bulan, ataupun hari tapi juga dalam hitungan detik.

Kedua, uncertainty yakni ketidakpastian akan sesuatu yang belakangan sering terjadi. Kemudian ada pula complexity dan ambiguity yang menjadi ciri hadirnya disrupsi digital.

Untuk menghadapi era ini, ada kunci yang harus mahasiswa UMM pegang. Para ilmuwan menyebutnya dengan agility yang terdiri dari empat hal utama. Mu’ti menuturkan hal pertama yang diperlukan adalah menjadi manusia yang cerdas.

Menjadi manusia yang serba tahu, update, dan mengerti informasi-informasi yang benar. Kemudian trengginas, yakni kemampuan serba bisa dengan keterampilan yang mumpuni. Hal ini terutama kemampuan yang sangat dibutuhkan di masa kini serta masa depan.

Dua hal terakhir yakni ketangkasan serta keteguhan. Tidak hanya menyiapkan diri untuk memasuki dunia kerja tapi juga menciptakan pekerjaan baru demi kemaslahatan bersama.

Di samping itu, harus memiliki visi, identitas, dan pandangan hidup yang jelas. “Berbekal kemampuan agility inilah saudara bisa melewati dan menghadapi era disrupsi yang sedang kita alami sekarang,” jelasnya.

Pada kesempatan sama hadir pula Menko PMK RI sekaligus Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMM, Prof Muhadjir Effendy. Ia menyampaikan lima modal yang harus dimiliki mahasiswa baru dalam rangka menghadapi masa depan. Hal ini dimulai dari critical thinking, creativity, serta communication.

Dua modal terakhir yang disebutkan yakni collaboration dan confident.  “Modal-modal yang biasa disebut dengan 5C inilah yang bisa membuka jalan bagi saudara untuk mencapai kesuksesan di masa depan,” katanya.

Muhadjir juga menuturkan Student Day merupakan salah satu dari beragam tradisi yang UMM miliki. Adapun kekuatan perguruan tinggi bisa diukur dari seberapa kuat tradisi yang dibangun. Ia menilai bahwa Kampus Putih UMM sudah menjalankan berbagai tradisi kokoh, tidak hanya pada aspek akademik tapi juga sosial maupun ekonomi.

"Ini juga menjadi modal untuk memajukan nama UMM, tidak hanya di tingkat regional dan level nasional saja tapi juga di mata dunia internasional,” kata Muhadjir.

Hal serupa diungkapkan Rektor UMM, Fauzan. Dia menilai Student Day adalah tradisi penting yang sudah dijalankan selama bertahun-tahun. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memfasilitasi maba dalam mengenali diri dan menemukan passion.

Sebab itu, dapat mendapatkan minat serta bakat yang bisa dikembangkan demi meraih impian. Ketika masuk di UMM, mahasiswa akan dituntut untuk menguasai dua kompetensi yakni kompetensi akademik dan kepemimpinan.

Oleh karena itu, pihak kampus telah siap sedia menyediakan beragam fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan dua kompetensi tersebut. "Didorong dengan program UMM Pasti yang mendorong mahasiswa untuk lulus tepat waktu serta menjadi pribadi yang mandiri,” ungkap Fauzan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement