REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kepala Bulog Cabang Malang, Supriyono mengungkapkan, stok minyak goreng di wilayahnya masih kosong. Hal ini dapat terjadi lantaran pasokan minyak goreng berasal dari pusat.
"Dan saat ini pusat lagi kosong. Ini memang seperti lebih banyak dipakai ekspor bahan bakunya, jadi kewalahan," kata Supriyono kepada wartawan di Kota Malang, Senin (13/12).
Keluhan mengenai stok minyak goreng juga diungkapkan oleh Wali Kota Malang, Sutiaji saat meninjau sejumlah bahan pokok dan BBM. Menurut dia, harga minyak goreng saat ini masih tinggi walaupun ada sedikit penurunan.
Sutiaji mengaku sudah menyampaikan protes mengenai kebijakan pasokan minyak goreng ke pemerintah pusat. Pria berkacamata ini sudah meminta agar pemerintah pusat bisa menekan ekspor minyak goreng. "Dan kalau kami di daerah sifatnya menunggu, kami hanya informasikan ke pusat (stok dan harga minyak)," ucap Sutiaji saat ditanyai mengenai upaya menekan harga minyak.
Menurut Sutiaji, harga tinggi minyak sawit di pasar internasional menyebabkan komoditas ini lebih banyak diekspor. Situasi ini menimbulkan kelangkaan minyak di pasar lokal sehingga harga ikut melonjak.
Untuk diketahui harga standar minyak goreng biasanya sekitar Rp 14 ribu hingga Rp 15 ribu per kilogram. Sementara itu, harga bahan pangan ini masih berkisar Rp 19 ribu sampai Rp 20 ribu per kilogram di Kota Malang.
Berbeda dengan minyak goreng, stok beras masih aman hingga beberapa bulan ke depan. Berdasarkan data Bulog Malang, stok beras masih ada sekitar 1.300-an ton. Sementara itu, stok beras di Kebon Agung, Kabupaten Malang sebanyak 2.700 ton sehingga masih bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
Selanjutnya, stok gula pasir dan tepung terigu masing-masing masih tersisa lima ton di gudang Bulog Cabang Malang. Stok ini dipastikan masih bisa memenuhi kebutuhan masyarakat selama beberapa bulan ke depan. Apalagi permintaan gula relatif stabil sedangkan tepung justru berkurang.