Kamis 16 Dec 2021 14:02 WIB

MCCC Siap Sukseskan Vaksinasi Anak

Ada 80 Rumah Sakit Muhammadiyah-'Aisyiyah atau RSMA siap jadi pelaksana program ini.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah, Agus Samsudin.
Foto: Dokumen.
Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah, Agus Samsudin.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA --  Kementerian Kesehatan RI memulai vaksinasi untuk anak 6-11 tahun dengan sasaran mencapai 26,5 juta anak berdasar sensus penduduk 2020. Muhammadiyah yang selama ini mendukung vaksinasi remaja, dewasa, dan lansia turut menyatakan kesiapannya.

Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah, Agus Samsudin mengatakan, MCCC sudah melaksanakan vaksinasi dengan penerima dekati 500 orang. Demi memperluas MCCC siap jadi mitra strategis pemerintah untuk vaksinasi anak. "Ada 80 Rumah Sakit Muhammadiyah 'Aisyiyah atau RSMA yang siap menjadi pelaksana program tersebut," kata Agus, Kamis (16/12).

Dalam pelaksanaan, Agus menerangkan, MCCC akan melibatkan potensi Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) dan seluruh Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Didukung oleh berbagai organisasi otonom sebagai penyelenggaraan vaksinasi.

Pelaksanaan program mendapat dukungan penuh Majelis Dikdasmen selaku pengelola pendidikan di Persyarikatan Muhammadiyah. Sekretaris Majelis Dikdasmen, Alpha Amirrachman menuturkan, mereka sangat mendukung program vaksinasi 6-11 tahun.

Sebab, lanjut Alpha, mereka sangat menyadari jika pada era sekarang ini masih transisi dari pandemi ke endemi. Ia berharap, anak-anak pada usia 6-11 tahun selalu dalam keadaan sehat dan mengikuti pembelajaran sebagaimana mestinya.

"Prinsipnya, Majelis Dikdasmen mengedepankan keselamatan siswa, guru, pendidik, dan mengedepankan hak anak-anak untuk belajar. Karena itu, vaksinasi anak-anak perlu kita dukung dan kami siap untuk memfasilitasi vaksinasi ini," ujar Alpha.

Saat ini, sekitar satu juta lebih siswa dari sekolah Muhammadiyah di Indonesia, dengan 300 ribuan merupakan siswa SD. Untuk itu, Muhammadiyah siap mendukung vaksinasi anak usia 6-11 tahun agar pembelajaran mereka dapat terus berjalan.

Sekretaris Majelis Dikdasmen PP 'Aisyiyah, Dra Eldawati menyampaikan, 'Aisyiyah memiliki ribuan sekolah mulai dari kelompok bermain sampai SD. Ini jadi satu pertimbangan 'Aisyiyah dalam mendukung program vaksinasi anak di bawah 16 tahun.

Majelis Dikdasmen PP 'Aisyiyah bawahi ribuan sekolah dari kelompok bermain, TK, TPQ, dan lain-lain. Majelis Dikdasmen PP Aisyiyah juga memiliki lebih dari 40 SD 'Aisyiyah. Untuk itu, secara penuh mendukung MCCC melakukan vaksinasi untuk anak. "Mudah-mudahan keinginan orang tua untuk anaknya segera belajar sebagaimana normalnya bisa terwujud," katanya.

Dokter spesialis anak RS PKU Muhammadiyah Bantul, Nurcholid Umam Kurniawan, juga menyambut baik program ini. Ia menilai, vaksinasi merupakan salah satu cara yang efektif menciptakan kekebalan komunal yang akan meminimalkan penularan Covid-19.

Umam menekankan, saat ini anak di bawah 12 tahun merupakan salah satu kelompok masyarakat yang paling rentan infeksi Covid 19 karena belum mendapat vaksinasi. Padahal, aktivitas masyarakat Indonesia telah mulai pulih seperti sedia kala.

"Misalnya, tempat-tempat wisata telah mulai dipenuhi keluarga yang berlibur, pembelajaran tatap muka telah dimulai dan anak menjadi kelompok yang paling tidak terlindungi," ujar dia.

Sebagai antisipasi dan pencegahan dini, ia memandang perlu percepatan vaksinasi pada anak 6-11 tahun. Saat ini, lanjut Umam, vaksin yang direkomendasikan jenis Sinovac yang direkomendasikan Kemenkes, dinyatakan aman BPOM dan halal dari MUI.

Tidak menutup kemungkinan, jenis vaksin lain seperti Pfizer akan segera menyusul mendapat sertifikasi untuk digunakan ke anak. Pemberian vaksin Sinovac dilakukan di puskesmas, rumah sakit, dan sentra-sentra vaksinasi di seluruh Indonesia.

"Dengan dosis 0,5 mililiter yang diberikan secara intramuskuler sebanyak dua dosis dengan jeda dosis satu dan dua selama 28 hari, empat pekan," kata Umam.

Terakhir, Umam menambahkan, studi menunjukkan persentase orang yang divaksinasi untuk tertular lebih kecil dibanding yang belum. Begitu juga angka kematian yang lebih rendah dan keparahan lebih ringan bagi yang telah divaksinasi lengkap.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement