Selasa 21 Dec 2021 09:38 WIB

Festival Sekolah Menyenangkan Hadirkan 'Titik Balik' Transformasi Pendidikan

Merdeka belajar didapatkan melalui GSM yang memanusiakan manusia dalam pendidikannya.

Rep: my40/ Red: Fernan Rahadi
Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal saat menyanyi dalam acara Festival Sekolah Menyenangkan di  Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Seni & Budaya, Sleman, DIY, Senin (20/12).
Foto: Republika/Fernan Rahadi
Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal saat menyanyi dalam acara Festival Sekolah Menyenangkan di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Seni & Budaya, Sleman, DIY, Senin (20/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Vokasi Kemendikbudristek RI menggelar Festival Sekolah Menyenangkan dengan judul "Titik Balik", Senin (20/12). Acara yang diselenggarakan di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Seni & Budaya ini digelar sebagai momentum penghargaan atas terjadinya titik balik yang dialami oleh para guru serta stakeholder pendidikan dalam perjalanan transformasi pendidikan di Indonesia, khususnya di jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal, menerangkan alasan diangkatnya judul "Titik Balik" dalam festival ini. "Acara ini diberi judul Titik Balik karena kita ingin menyampaikan pesan yang berbeda di festival atau seremonial ini, yang mana kita tidak sedang merayakan siapa yang mendapat penghargaan, tetapi memfestivalisasi, memberi panggung kepada orang-orang yang kita anggap telah mengalami titik balik di dalam perjalanan kehidupannya, khususnya dalam hal mengajar," kata Rizal.

Titik balik ini dapat dipahami sebagai bentuk dari ajakan GSM kepada bangsa untuk kembali kepada titik balik, bagaimana pendidikan ini didirikan oleh founding father kita, Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar memprotes model pendidikan kolonialisme Belanda yang hanya mengagungkan materialistik dengan mendirikan Taman Siswa yang mana setiap warga negara pribumi memiliki kesempatan untuk menegakkan kembali hak-hak pendidikannya secara utuh. Hal ini sebagaimana wujud dari memanusiakan dan memerdekakan manusia.

Sejalan dengan hal tersebut, Anik Sudiartini, salah seorang Kepala Sekolah Penyimpang Positif GSM pun turut membenarkan bahwa merdeka belajar bisa didapatkan melalui GSM yang memang memanusiakan manusia melalui pendidikannya. "GSM telah menjawab kegelisahan saya. Maka dari itu melalui GSM saya akan terus bergerak, bergerak, dan terus bergerak, menggelorakan GSM tanpa kenal lelah," kata Anik yang merupakan kepala sekolah SMKN 1 Situbondo, Jawa Timur, tersebut.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek RI, Wikan Sakarinto mengungkapkan harapannya untuk GSM. "Harapan ke depannya, semoga GSM ini akan tetap memberikan semangat kepada kepala-kepala SMK dan guru-guru SMK khususnya, untuk menjadi kepala sekolah dan guru yang lebih memanusiakan dan memerdekakan manusia, membuat anak menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat daripada sekadar menjadi penghafal," katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement