REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim bakal menerapkan kurikulum pendidikan baru pada 2022. Dalam kurikulum baru tersebut, tidak ada lagi penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa untuk siswa kelas 11 dan 12 SMA. Kurikulum tersebut dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada siswa agar menekuni minatnya secara fleksibel.
Psikolog Universitas Airlangga (Unair) Dewi Retno Suminar menyatakan, kebijakan tersebut sebagai upaya perubahan yang baik. Hal itu karena pada dasarnya ilmu tidak terpisah secara murni. Menurutnya, ketika SMA menghapuskan jurusan itu akan memberikan peluang bagi anak-anak menemukan sendiri minatnya.
“Selain itu akan menghapus penggolongan atau hierarki jurusan. Contoh selama ini disebutkan anak IPA lebih tinggi dari anak IPS,” kata Dewi, Selasa (4/1).
Dosen yang memiliki fokus di bidang psikolog perkembangan dan anak tersebut menyatakan, perubahan kurikulum selalu mengikuti kemajuan zaman dan keilmuan. Perubahan kurikulum selalu terkait dengan perubahan keilmuan dan kebutuhan di masyarakat. Menurutnya, keangkuhan dari bidang ilmu sudah saatnya didobrak, sehingga tidak ada kasta dalam bidang ilmu.
“Kolaborasi ilmu sudah menjadi tuntutan zaman. Ilmu sains membutuhkan sosial dan sebaliknya. Nah, nilai ini yang harus ada dalam pemahaman anak-anak di jenjang SMA, sehingga kesadaran bahwa ilmu itu saling kolaborasi untuk menjadi kuat sudah dimiliki sejak SMA,” ujarnya.
Dewi melanjutkan, langkah awal dalam persiapan kurikulum baru bagi pihak sekolah adalah menghapus jurusan yang ada. Kemudian membuat kebijakan peminatan bagi anak-anak dengan kebebasan menentukan minat, namun difasilitasi penelusuran bakat dan minatnya.
Menurutnya, kebijakan kurikulum baru itu dapat direalisasikan di semua wilayah Indonesia. Lantaran, kebijakan itu menyangkut bagaimana pola pikir anak tidak menjadi terkotak-kotak bidang ilmunya, namun lebih bagaimana minat seseorang.
“Saya yakin dengan berjalannya waktu pasti akan berubah semuanya, karena ini tidak menyangkut tentang dapat diterapkan di daerah atau khusus perkotaan,” kata dia.
Dengan adanya kurikulum baru itu, Dewi berharap tidak terjadi lagi kasta dalam jurusan pendidikan, karena semua bidang atau jurusan baik. Selain itu kata dia, semua bidang ilmu saling berkaitan satu dengan yang lainnya.