REPUBLIKA.CO.ID,MALANG -- Universitas Brawijaya (UB) akan mulai menerapkan perkuliahan dengan sistem hybrid pada semester genap. Sistem perkuliahan dengan memadukan luring dan daring ini akan dilaksanakan dengan aturan ketat mulai Februari 2022.
Rektor UB, Profesor Nuhfil Hanani mengatakan, pihaknya sudah mendesain sistem perkuliahan dengan model hybrid pada akhir tahun lalu. Dengan sistem ini, mahasiswa diperkenankan untuk mengikuti kuliah secara luring. "Boleh datang ke kampus, tapi di kampus itu dengan aturan sangat ketat," kata Nuhfil dalam Konferensi Pers (Konpers) Rapat Terbuka dan Orasi Ilmiah Dies Natalis ke-59 UB di Samantha Krida, Kota Malang, Rabu (5/1).
Meskipun demikian, Nuhfil mengingatkan, tidak semua mahasiswa bisa mengikuti kegiatan perkuliahan luring. Mereka setidaknya tidak boleh berasal dari wilayah dengan kasus Covid-19 tinggi. Dalam hal ini termasuk daerah dengan kasus Covid-19 varian omicron.
Selanjutnya, mahasiswa harus sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19. Nuhfil meyakini hampir semua mahasiswa dan dosen di UB sudah mendapatkan vaksin. "Kalau tidak salah dua atau tiga bulan lalu sudah 93 persen, se-Indonesia, karena didata," jelas pria berkacamata ini.
Pada kegiatan pembelajaran dengan sistem hybrid nanti, ruang kelas akan dipasang kamera. Alat ini bertujuan untuk menangkap kegiatan kuliah antara dosen dan mahasiswa di ruangan. Kemudian tangkapan video tersebut akan disiarkan secara langsung untuk kegiatan pembelajaran yang diadakan secara daring.
Dekan Fakultas Ilmu Komputer (Filkom) UB, Profesor Wayan Firdaus Mahmudy menambahkan, perkuliahan dengan model hybrid telah dirancang sefleksibel mungkin. Artinya, dosen setiap saat bisa mengajar dan mahasiswa bisa datang ke kelas. Namun pihaknya harus memberikan pembatas di mana kegiatan disiarkan secara langsung dan juga ada rekamannya.
Saat kondisi pandemi Covid-19 mulai membaik, Wayan memastikan, jumlah mahasiswa yang datang akan bertambah secara bertahap. Namun apabila sebaliknya, maka kehadiran mahasiswa di kelas akan dikurangi, bahkan ditiadakan.
"Jadi kita siapkan supaya fleksibel sewaktu-waktu. Apapun kondisinya, perkuliahan harus tetap jalan," kata dia menambahkan.
Mahasiswa Pascasarjana UB, Mufadila Fibiani mengaku sangat mendukung perkuliahan sistem hybrid yang akan dilaksanakan pada Februari mendatang. Meskipun demikian, Mufadila menilai, masih ada beberapa kelemahan apabila model tersebut dilaksanakan. Salah satunya akan muncul dua kubu di antara mahasiswa akibat dua sistem perkuliahan tersebut.
Mufadila mencontohkan, mahasiswa yang berkesempatan ikut kuliah luring bisa saja akan berdiskusi ke sesama teman luring. Sementara itu, mereka yang mengikuti model daring juga akan mengalami hal serupa. Pada akhirnya, kata dia, ini tetap saja komunikasi dalam kelas terhambat karena masalah tatap muka dan tatap maya.
"Meski demikian, dengan adanya sistem hybrid, cukup menekan persebaran virus yang masih berlangsung sampai sekarang," ungkap perempuan berhijab ini.