REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pelaksanaan vaksinasi anak usia 6-11 tahun terus digencarkan di Kota Yogyakarta. Wakil Wali Kota Yogyakarta, Hero Poerwadi mengatakan, sasaran vaksinasi ditargetkan 3.000 hingga 5.000 anak per harinya.
Percepatan vaksinasi anak ini dilakukan untuk mendukung Kota Yogyakarta menuju pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen. Capaian vaksinasi anak usia 6-11 tahun di Kota Yogyakarta disebut sudah mencapai 60 persen.
"Saat ini sudah 60 persen dan insya Allah pertengahan atau akhir Januari (2022) ini kita selesaikan semuanya (vaksinasi) seluruh anak usia 6-11 tahun yang ada di Kota Yogyakarta," kata Heroe di MTSN 1 Yogyakarta, Senin (10/1).
Vaksinasi ini juga dibarengi dengan skrining yang dilakukan di sekolah-sekolah yang mengikuti PTM. Skrining dilakukan dengan kapasitas 10 persen dari total peserta didik dan tenaga didik untuk memastikan ada atau tidaknya penularan Covid-19 di lingkungan sekolah.
"Kita masih skrining terus 10 persen di tiap sekolah, kita tes antigen untuk mengontrol termasuk mengevaluasi pelaksanaan PTM yang dijalankan. Kalau ada kasus positif (ditemukan) di sekolah dan tidak menyebar kemana, berarti protokol kesehatan dijalankan dengan baik," jelasnya yang juga Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta tersebut.
Skrining ini juga dilakukan untuk mendeteksi penyebaran varian Omicron di Kota Yogyakarta. Meskipun begitu, Heroe menyebut, hingga saat ini belum ditemukan penyebaran varian Omicron di Kota Yogyakarta.
"Sampai saat ini belum ada, dari hasil tracing kontak erat kita tidak menemukan sebarannya. Kalau dilihat dari ciri-ciri Omicron yang cepat menyebar, maka kemungkinan belum ada juga Omicron disini. Karena kontak eratnya itu kita tes (di laboratorium) tidak ada yang terpapar," ujar Heroe.
Terkait dengan PTM 100 persen, saat ini masih dijalankan secara bertahap yang diawali dari 70 persen. PTM 100 persen secara bertahap ini dilakukan dalam rangka membiasakan pelaksanaan protokol kesehatan di sekolah.
"Ini untuk membiasakan sekolah menangani dari sebelumnya 50 persen sekarang ditingkatkan menjadi 70 persen. Itu paling tidak supaya kalau ada sesuatu bisa segera ditangani dulu, seperti kelengkapan fasilitasnya, kalau sudah terkondisi terbiasa (dengan prokes), nanti (ditingkatkan) 100 persen," ujarnya.
Selama PTM berlangsung, katanya, dilakukan pengaturan terutama agar tidak terjadi kerumunan. Seperti mengatur peserta didik saat keluar masuk sekolah dan saat diantar atau dijemput oleh orang tua.
Selain itu, kantin sekolah juga tidak diperbolehkan beroperasi. Peserta didik pun diimbau untuk membawa bekal makan dan minum sendiri dari rumah sebagai bagian dari protokol kesehatan.
"Bagaimana ketika diantar dan dijemput tidak terjadi kerumunan membahayakan, makanya ini semua untuk membiasakan murid dan sekolah membiasakan diri dengan pemenuhan fasilitas yang diperlukan serta mengatur orang tua yang antar jemput," katanya.