REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menargetkan pengurangan sampah anorganik sebesar 21 persen dari penggunaan aplikasi Jeknyong. Ini merupakan aplikasi yang mengintegrasikan layanan daur ulang sampah, ojek reguler, wisata, dan jual beli produk UMKM.
Dalam peluncurannya, fitur Ide Baru Memilah Sampah (IBMS) merupakan fitur pertama yang dapat digunakan. Sebagai armadanya, digunakan motor roda tiga untuk menjemput sampah yang dipilah masyarakat. Aplikasi ini diluncurkan pada Rabu (12/1).
Kepala DLH Banyumas, Junaedi menjelaskan, saat ini komposisi sampah di Banyumas yakni 52 persen organik dan 48 persen anorganik. Dalam pengelolaan sampah organik diselesaikan dengan Salinmas (Sampah Online Banyumas) yakni layanan penjemputan sampah organik menggunakan aplikasi yang dikelola oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
Sedangkan Jeknyong dikelola Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Banyumas Investama Jaya (BIJ). "Harapannya kalau memang masyarakat Banyumas, khususnya yang di kota karena 80 persen sampah di kota, mau semuanya menggunakan aplikasi ini, barangkali pengurangannya bisa sangat signifikan dari komposisi sampah. Kalau separuhnya saja sekitar 21 persen itu bisa terkurangi harapannya bisa tidak ada sampah yang dibuang ke junil," ujar Junaedi kepada Republika.co.id, Kamis (13/1).
Junaedi memaparkan, sebelum 2018, sampah dari warga yang dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sementara rata-rata sebanyak 142 dump truck (DT), sehingga timbulan sampahnya semakin menumpuk hingga sekarang. Kedua program tersebut dimaksudkan agar tidak ada lagi timbulan sampah yang menumpuk di TPA sementara.
Menurutnya, pemilahan sampah itu harus dimulai dari hulu yakni dari masyarakat yang kemudian selanjutnya akan diproses melalui Salinmas dan Jeknyong. Dengan kedua program ini, pihaknya terus mengedukasi masyarakat bahwa sampah memiliki nilai jika terpilah dengan baik.
"Yang organik bisa jadi kompos, pakan maggot juga bisa jadi duit, anorganik yaitu plastik apapun asal terpilah dengan baik semuanya bisa jadi uang,"kata Junaedi.
Nantinya residu sampah yang tidak memiliki nilai akan dimusnahkan di TPA BLE (Tempat Pembuangan Akhir Berbasis Lingkungan dan Edukasi) yang tengah dibangun dengan cara dibakar menggunakan pyrolisis. Ia berharap kedua program tersebut dapat membantu Banyumas mengatasi rata-rata 28 dump truck sampah yang hingga kini masih dibuang ke TPA sementara.
Menurutnya, program Jeknyong ini akan dievaluasi setiap bulan, apakah dapat mengurangi sampah anorganik di Banyumas secara signifikan. Dengan demikian, target Banyumas untuk bebas sampah pada Maret 2022 mendatang dapat terwujud.
"Harapannya bisa tidak ada sampah yang dibuang ke junil. Jadi ini akan kita eveluasi setiap bulan bagaimana perkembangannya, apakah ini bisa memberikan dampak yang signifikan terkait dengan pengurangan sampah di Banyumas," katanya.
Sebelumnya dalam peluncuran Jeknyong, Bupati Banyumas Achmad Husein mengatakan, aplikasi ini akan membantu pemilahan dan pengumpulan sampah dari hulu, yakni dari rumah tangga. Proses yang dimulai dari hulu diperkirakan dapat membantu untuk lebih menghemat pengeluaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang kini telah dihemat sebesar 75 persen.
"Kami ingin solusi yang permanen, dari hulu atau dari masyarakat, kita pilah sampah dengan imbalan memadai. Dari hilir saja kita kira-kira bisa menghemat 75 persen pengeluaran APBD," ujar Bupati Banyumas dalam acara peluncuran Jeknyong, di kompleks kantor bupati, Rabu (12/1).
Bupati berharap, dengan adanya pemilahan sampah melalui aplikasi ini, masyarakat dapat membantu target Pemda untuk menjadikan Banyumas bebas sampah di 2022.
"Dengan Jeknyong diharapkan masyrakat bisa semangat memilah sampah, dan di 2021 kita targetkan tidak ada lagi sampah di TPA sementara, semua diproses dengan baik," ujar dia.