Sabtu 15 Jan 2022 09:16 WIB

PKL Malioboro: Relokasi Dilakukan Awal Februari

Jika masih ada pedagang yang berjualan di lokasi lama akan langsung ditertibkan.

Pekerja menyelesaikan pembangunan los untuk relokasi pedagang kaki lima di eks Dinas Pariwisata DIY, Malioboro, Yogyakarta, Ahad (12/12). Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pemkot Yogyakarta melakukan penataan kawasan Malioboro dengan merelokasi pedang kaki lima. Tempat tempat relokasi PKL nantinya di eks Gedung Bioskop Indra dan eks Dinas Pariwisata DIY. Namun relokasi PKL ini belum diterima oleh pedagang, pandemi Covid-19 berkepanjangan menjadi alasan penundaan pemindahan lapak.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Pekerja menyelesaikan pembangunan los untuk relokasi pedagang kaki lima di eks Dinas Pariwisata DIY, Malioboro, Yogyakarta, Ahad (12/12). Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pemkot Yogyakarta melakukan penataan kawasan Malioboro dengan merelokasi pedang kaki lima. Tempat tempat relokasi PKL nantinya di eks Gedung Bioskop Indra dan eks Dinas Pariwisata DIY. Namun relokasi PKL ini belum diterima oleh pedagang, pandemi Covid-19 berkepanjangan menjadi alasan penundaan pemindahan lapak.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pedagang kaki lima (PKL) Malioboro menyebut proses relokasi akan dilakukan pada awal Februari 2022. Hal itu berdasarkan hasil pertemuan terakhir yang dilakukan dengan Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta.

"Rencananya akan dilakukan relokasi pada 1-7 Februari 2022. Sebelumnya akan ada semacam acara selamatan di Gedung Indra pada 22 Januari," kata Ketua Paguyuban Angkringan Malioboro (Padma) Yati Dimanto di Yogyakarta, Jumat.

Ia menambahkan, seluruh pedagang kaki lima akan dipindahkan ke lokasi baru sehingga jika pada 8 Februari masih ada pedagang yang berjualan di lokasi lama maka akan langsung ditertibkan oleh aparat gabungan. Meskipun pedagang menerima rencana untuk relokasi, namun Yati masih berharap agar pemerintah bisa menunda kebijakan tersebut selama satu hingga tiga tahun untuk memberikan kesempatan kepada pedagang memulihkan kondisi perekonomian mereka.

"Pandemi membuat kami terpuruk karena ada kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat sehingga wisatawan pun sepi," katanya.

Namun demikian, lanjut dia, kondisi pariwisata di Yogyakarta kembali berangsur pulih dan Malioboro kembali ramai dikunjungi wisatawan sehingga pedagang ingin memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memulihkan kondisi ekonomia mereka.

"Kekhawatiran kami saat dipindah ke gedung baru, maka wisatawan enggan datang. Bisa membuat kami mati perlahan-lahan," katanya.

Pedagang masih berharap agar konsep penataan PKL di kawasan Malioboro tidak dilakukan dengan cara relokasi tetapi "mempercantik" lokasi berjualan PKL.

"Misalnya dengan seragam yang bagus, gerobak yang sama atau urutannya. Jadi tidak perlu dipindah tetapi dipercantik saja. Apalagi kami yang jualan kuliner tidak bersinggungan langsung dengan toko," kata Yati yang sudah berjualan selama 18 tahun di Malioboro.

Selain itu, Yati juga menyoroti luasan lapak yang nantinya akan ditempati pedagang di lokasi baru karena ukurannya terbatas 1,15 x2 meter persegi dan hanya ada satu pintu tiap dua lapak sehingga rentan menimbulkan konflik antar pedagang terlebih jika pemilik lapak berbeda.

"Juga tidak ada kompensasi yang diterima pedagang untuk relokasi," katanya.

Selain di bekas Gedung Bioskop Indra, pemerintah daerah juga menyiapkan lokasi lain untuk relokasi PKL Malioboro yaitu di bekas kantor Dinas Pariwisata DIY. Total terdapat sekitar 1.700 pedagang kaki lima Malioboro yang akan direlokasi ke dua lokasi tersebut.

Pemda DIY berharap, rencana relokasi tersebut dapat dimaknai sebagai upaya untuk memberikan tempat yang lebih aman dan nyaman bagi PKL untuk menjalankan aktivitas jual beli. Selain itu, relokasi juga ditujukan untuk menata kawasan Malioboro karena Pemda DIY mengajukan kawasan sumbu filosofi Yogyakarta sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement