REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kasus positif Covid-19 dengan hasil probable Omicron di DIY terus bertambah. Hingga saat ini, Kepala Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) DIY, Irene mengatakan, kasus probable Omicron sudah mencapai 34 kasus.
Puluhan kasus probable Omicron ini merupakan hasil pemeriksaan PCR dengan metode S Gene Target Failure (SGTF). SGTF sendiri merupakan salah satu deteksi awal varian Omicron.
"(34 kasus probable Omicron) itu dari tiga kabupaten di DIY, dari Kabupaten Bantul, Sleman dan Gunungkidul," kata Irene kepada Republika melalui sambungan telepon, Jumat (28/1).
Irene menyebut, belum ditemukan kasus dengan probable Omicron dari Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo. Pihaknya juga masih menunggu sampel lainnya yang terdeteksi probable Omicron untuk nantinya dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan melalui Whole Genome Sequencing (WGS).
Dikarenakan belum diperiksa dengan metode WGS, 34 kasus tersebut belum dapat dikatakan positif Omicron. Pemeriksaan WGS direncanakan akan dilakukan pekan depan.
"Ini kan sudah cukup banyak dan kita juga ada kiriman (sampel) dari provinsi lain dan segera mungkin akan kita running. Mungkin pekan depan sudah kita siapkan untuk bisa kita running," ujar Irene.
Irene menjelaskan, satu reagen yang digunakan untuk pemeriksaan WGS dapat memeriksa 96 sampel sekaligus. Dengan begitu, pihaknya masih akan mengumpulkan lebih banyak sampel untuk dapat di-running melalui WGS.
"Jadi, kalau seandainya kita running satu (sampel saja) kan satu reagennya itu terpakai, kan sayang. Harga reagennya itu mahal sekali sampai puluhan juta, makanya kita berusaha menggenapkan agak banyak lah ya, minimal separuh yaitu 48 sampel kita sudah berani running," jelasnya.
Untuk sampel yang diperiksa sendiri merupakan kasus positif dengan CT di bawah 30. Hasil pemeriksaan dengan WGS ini, kata Irene, juga membutuhkan waktu setidaknya satu pekan.
"Insya Allah pekan depan kita sudah terkumpul (semua sampelnya) dan sudah bisa running. Tapi runing itu tidak bisa langsung hasilnya keluar, running itu minimal satu pekan dari tahap persiapan sampai pembacaan," tambah Irene.
Terkait dengan sampel dari provinsi yang juga masuk BBTKLPP DIY, akan diperiksa bersamaan dengan sampel yang dari DIY. Pihaknya menerima sampel dari berbagai daerah seperti Jawa Timur, Ambon dan sampel dari Litbangkes Kemenkes.
"Jadi itu kita gabungkan (sampel dari daerah lain) dengan sampel DIY, baru kita running. Karena eman-eman kalau kita running (sendiri-sendiri), soalnya mahal reagennya," ujar Irene.