REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Disgrafia merupakan salah satu kesulitan belajar yang ditandai dengan kesulitan dalam mengungkapkan pemikiran dalam komposisi tulisan. Pada umumnya, istilah disgrafia digunakan untuk mendiskripsikan tulisan tangan yang buruk.
Anak yang memiliki disgrafia mungkin menulis dengan sangat pelan, hasil tulisan mereka bisa jadi sangat tidak terbaca. Lalu, mereka mungkin melakukan banyak kesalahan ejaan karena ketidakmampuan mereka untuk memadukan bunyi dan huruf.
Disgrafia biasa terjadi saat anak pertama berinteraksi huruf, sekitar enam tahun atau di bangku sekolah dasar. Sehingga, sekolah dasar seharusnya memegang peranan dan tanggung jawab membantu anak disgrafia yang berbeda dari berkebutuhan khusus.
Dari keprihatinan ini, mahasiswa Program Studi Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) merancang aplikasi inovasi edukasi digital. Yang mana, dapat membantu anak-anak disgrafia supaya dapat menulis.
Diberi nama Edugraph (Education for Dysgraphia) yang digagas Alim Tegar Wicaksono ,Ikhwan Inzaghi Siswanto dan Maria Bernadetha Charlotta Wonda Tiala. Alim mengatakan, kesulitan belajar disgrafia ini jika dibiarkan mempengaruhi eduksi.
"Padahal, edukasi penting karena pondasi yang membentuk dan mengembangkan tiap-tiap individu. Terutama, aspek-aspek knowledge, skills, values, morals, beliefs dan habits sehingga akan mempengaruhi perkembangan masa depan individu tersebut," kata Alim, Selasa (1/2).
Anak disgrafia ini membutuhkan metode khusus seperti Remidi yaitu merupakan proses usaha atau perbaikan. Tutor yang merupakan proses pengajaran dari bidang yang terhambat. Kompensasi yaitu pemberian bantuan jika terdapat kesulitan.
Kemampuan dasar menulis seperti cara mengepal tangan, menggerakkan pergelangan, siku dan lain-lain. Serta, strategi tertentu yang perlu dirumuskan memenuhi kebutuhan dari anak disgrafia. Siswa diajak menonton video senam motorik.
Kemudian, melihat tabel dan animasi penulisan sekaligus mendengarkan pengucapan huruf angka dan simbol, siswa diminta menulis huruf angka dan simbol dengan kanvas, alat tulis dan kamera. Setelah selesai siswa dapat melihat peringkatnya.
Alim menjelaskan, Edugraph menggunakan OCR yaitu Optical Character Recognition. Jenis software dengan fungsi untuk mengekstrak teks dari hasil scan dokumen ketik atau tulisan tangan tanpa perlu mengetik atau memasukkan teks secara manual.
"Materi pembelajaran utama meliputi tes menulis dan gamifikasi sebagai metode instruksional menghibur yang memungkinkan melakukan pengulangan di lingkungan yang menyenangkan bagi siswa," ujar Alim.
Kebutuhan anak menulis diwujudkan fitur tes menulis berisi soal menguji berbagai komponen tulisan yang dipelajari dari tabel huruf, angka dan simbol. Jawaban dari soal-soal dievaluasi menggunakan teknologi OCR, sehingga bisa otomatis dan cepat.
"Karya ini berhasil meraih Juara II Divisi Materi Digital Pendidikan pada Lomba Inovasi Digital Mahasiswa (LIDM) 2021 yang diselenggarakan Pusat Prestasi Nasional, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Indonesia," kata Alim.