Selasa 01 Feb 2022 18:25 WIB

Pesan Keharmonisan dan Keselamatan Nusantara dari Gedongsongo

Generasi penerus bangsa agar tidak lupa kepada akar budayanya.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Kawasan objek wisata situs Candi Gedongsongo, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Foto: Republika/bowo pribadi
Kawasan objek wisata situs Candi Gedongsongo, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Sedikitnya 250 umat lintas agama dan masyarakat lintas budaya berkumpul di pelataran panggung terbuka Candi Gedongsongo, di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (1/2/2022). Mereka berpartisipasi dalam laku budaya bertajuk ‘Doa Bersama Lintas Agama dan Lintas Budaya untuk Nusantara’, yang diinisiasi masyarakat/komunitas adat Gedongsongo, Kabupaten Semarang.

Sedianya, kegiatan ini bakal menghadirkan 1.000 orang perwakilan lintas umat beragama serta komunitas budaya. Namun karena situasi pandemi Covid-19 dan merebaknya varian Omicron, maka peserta dibatasi hanya sekitar 250 orang.

Namun sejatinya peserta tersebut telah mewakili komunitas umat serta komunitas budaya dari Jawa Tengah, DIY, Jawa Barat, DKI Jakarta, bahkan juga Bali.  Pamengku adat Gedongsongo, Sarwan mengungkapkan, acara ini didasari rasa kesadaran anak-anak Ibu Pertiwi dan berangkat dari kegelisahan atas sikap generasi penerus yang sudah tidak lagi peduli dan bahkan lupa kepada jatidiri bangsanya.

Tak hanya itu, sekarang ini banyak generasi penerus bangsa yang lupa mensyukuri nikmat karunia Tuhan Yang Maha Kuasa terhadap bumi Nusantara. Padahal bangsa ini telah dikaruniai kekayaan sumber daya alam yang sangat luar biasa, yang bahkan tidak dimiliki oleh bangsa lain di muka bumi ini.

Tanah yang subur, sumber air yang melimpah, udara yang bersih, kekayaan hasil bumi, dan sumber kehidupan yang sangat beragam. Tak terkecuali hilangnya jatidiri sebagai bangsa yang harmonis, saling menghormati keberagaman, saling menghargai perbedaan satu sama lain, dan nilai-nilai toleransi antar sesama anak bangsa.

“Dari keresahan inilah, kami komunitas adat Gedongsongo menginisiasi kegiatan untuk mencoba menggali dan membangkitkan kembali semangat yang sudah hilang tersebut, melalui laku budaya yang dilaksanakan hari ini,” ungkapnya, di sela kegiatan.

Menurut Sarwan, kegiatan ini mengusung pesan agar para generasi penerus bangsa tidak lupa kepada akar budayanya. Zaman boleh berubah, namun nilai-nilai budaya sebagai bangsa Nusantara tidak boleh dilupakan.

“Karena sejatinya, perbedaan itu menjadi karunia yang luar biasa dari Sang Pencipta dan kekuatan yang sesungguhnya dari bangsa ini,” jelasnya.

Esensi dari kegiatan tersebut adalah doa bersama lintas agama dan budaya. “Makanya kegiatan ini tidak dilaksanakan di dalam lingkungan Candi Gedongsongo, namun di pelataran panggung terbuka kompleks Candi Gedongsongo,” lanjutnya.

Siapa pun, lanjut Sarwan, boleh mendoakan Nusantara, bangsa Indonesia dengan cara dan keyakinannya masing-masing. Karena kegiatan ini memang memberikan kesempatan kepada peserta untuk mendoakan Indonesia, mendoakan Nusantara, dan mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan kepada bangsa ini.

Termasuk mendoakan agar bangsa ini senantiasa diberikan keselamatan serta kedamaian. “Terus terang, kami dahaga akan kedamaian, keharmonisan, serta kehidupan yang saling menghormati satu sama lain, menghormati keluhuran budaya yang beragam di Bumi Pertiwi,” tegasnya.

Faruq, salah satu peserta mengaku datang jauh-jauh dari Banyuwangi untuk ikut berprtisipasi sekaligus memberikan dukungan kepada sesama anak bangsa yang tengah menghadapi kegelisahan akibat menurunnya pemahaman nilai-nilai jatidiri bangsa.

“Sebab untuk membangkitkan kembali kecintaan terhadap budaya sendiri butuh energi bersama, dalam hal ini seluruh komponen bangsa yang beragam ini,” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement