Jumat 11 Feb 2022 08:11 WIB

Pengamat: Pemimpin Pers Perlu Bersatu Hadapi Rezim Algoritma Media Sosial

Semangat kolektif ini penting agar publik tak mudah terjebak beragam disinformasi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Media sosial (ilustrasi).
Foto: pixabay
Media sosial (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pengamat komunikasi, Nyarwi Ahmad menilai, pemimpin media massa (pers) harus adaptif, kreatif dan inovatif. Sehingga, tetap jadi arus utama di tengah perkembangan industri siaran dari rumah dan siaran berskala kecil kini.

Untuk itu, organisasi-organisasi media massa harus mampu terus adaptasi, kreatif dan inovatif untuk memperkuat diri agar mampu bertahan sebagai media arus utama di Tanah Air. Ia berpendapat, setidaknya ada dua hal yang memerlukan inovasi.

Pertama, inovasi memformulasi dan memproduksi konten yang tidak cuma menarik, namun berkualitas. Kedua, inovasi publikasi atau penyebaran konten lewat beragam platform komunikasi baru yang dipakai ke berbagai bidang kehidupan masyarakat.

Inovasi yang kedua ini bisa dilakukan antara lain lewat beragam model kolaborasi dengan jenis platform komunikasi baru. Lewat kolaborasi, konten yang diproduksi dan dipublikasikan secara luas, tidak cuma untuk meraih pendapatan sumber iklan.

"Namun, juga bisa mencerahkan dan mencerdaskan kehidupan masyarakat, baik dalam skala nasional maupun internasional," kata Nyarwi, Kamis (10/2)

Keberhasilan dan kegagalan organisasi media massa merespons tantangan menentukan sejauh mana mampu bertahan sebagai media arus utama masa depan. Jika berhasil, posisi dan peran media sebagai pilar keempat demokrasi masih bisa kita andalkan.

Jika gagal, posisi dan peran media sebagai pilar keempat demokrasi akan terancam dan tenggelam. Organisasi dan jurnalis perlu memiliki dan mengembangkan semangat kolektif mengawal posisi dan peran media massa sebagai pilar keempat demokrasi.

Di tengah menguat penggunaan berbagai jenis platform komunikasi digital, pemilik, pengelola dan jurnalis perlu memiliki dan mengembangkan semangat kolektif. Untuk mengamankan dan mengembangkan peran dan posisi media sebagai pilar demokrasi.

Semangat ini diperlukan agar masing-masing organisasi media memiliki ketangguhan mengawal beragam suara, agenda dan kepentingan publik secara lebih maksimal. Dan masing-masing organisasi media perlu memiliki dan mengembangkan semangat kolektif.

"Dalam merespons rezim algoritma media sosial yang saat ini makin mengolonisasi dan menghegemoni kehidupan publik," ujar Nyarwi yang merupakan dosen Ilmu Komunikasi UGM tersebut.

Semangat kolektif ini sangat penting agar publik tidak mudah terjebak beragam disinformasi dan terhindar dari spiral penyebaran hoaks yang digerakkan rezim algoritma media sosial. Dengan begitu, organisasi media diharapkan mampu eksis.

Belakangan, tidak sedikit perusahaan media massa besar yang tidak mampu bertahan karena perubahan pembaca cetak beralih ke portal daring lewat gawai. Banyak yang kurangi oplah, pendapatan iklan merosot karena pangsa dikuasai perusahaan global. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement