REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Kasus pengelolaan sampah yang masih menghantui Indonesia. Salah satu perhatian utama yang masih belum terselesaikan sampah plastik. Saat ini, sampah plastik mendominasi dan memiliki andil dalam peningkatan pencemaran lingkungan.
Mulai dari pencemaran tanah, pencemaran laut, belum lagi pencemaran udara. DIY yang dikenal sebagai Kota Pelajar dan Pariwisata menjadi salah satu penyumbang sampah harian terbanyak di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan.
TPST Piyungan melayani sampah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul mencapai 300 ton per hari dan akan meningkat ketika hari raya. Data Dinas Lingkungan Hidup DIY setiap rumah tangga menghasilkan sekitar 0,7-1 kilogram sampah per hari.
Dengan sekitar 100 truk masuk ke TPST Piyungan akibat dari konsumsi berlebihan plastik sekali pakai atau pengelolaan sampah buruk. Saat ini, kasus penimbunan sampah plastik belum tertangani baik, sehingga menimbulkan masalah lingkungan.
Ini jadi keprihatinan sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Ada Rendy Novianto, Aira Mayhesa dan Zakkiatuz Zahrolazizah D4 Pemasaran, Fadila Balqis Arifah S1 Akuntansi dan Adha Estu Rizqi Susetya Radi S1 Bahasa dan Sastra Inggris.
Mereka membuat aplikasi pengelolaan sampah plastik yang diberi nama Smart Trash. Rendy mengatakan, Smart Trash merupakan platform edukasi dan pengelolaan sampah plastik berbentuk aplikasi berbasis android yang tidak cuma membantu pemerintah.
"Tapi, juga seluruh masyarakat dalam membantu dan mengelola sampah plastik yang mereka hasilkan dengan cara yang lebih baik dengan bagian yang menguntungkan di setiap kategori sampah plastik," kata Rendy, Senin (14/2).
Smart Trash dirancang tidak hanya mengelola sampah plastik, tapi jadi platform edukatif dan interaktif dengan desain menarik dengan menerapkan teknologi yang user friendly dan up to date. Pengguna aplikasi mendapat berbagai keuntungan.
Seperti menjual dan membeli sampah berbagai kategori dalam bentuk pelet plastik. Membaca artikel tentang lingkungan, menemukan komunitas pecinta lingkungan terdekat, dan saku digital disertai dengan chatbot yang mudah digunakan.
"Dengan aplikasi ini diharapkan masyarakat dapat belajar dan mendapatkan ilmu serta mengelola sampah rumah tangganya dengan lebih baik," ujar Rendy.
Setelah mengumpulkan sampah dari pengguna, sampah diproses kembali. Ada pula fitur edukasi, pengelolaan sampah dan penjualan sampah. Memanfaatkan aplikasi menawarkan kemudahan akses menerima sampah dari masyarakat dan jasa lingkungan.
Nantinya, diolah jadi barang setengah jadi atau pelet plastik karena mengusung pengelolaan sampah melalui 3R (reuse, reduce, recycle). Karya ini menyabet Gold Medal dalam AISEEF 2022 yang digelar Indonesia Young Scientist Association (IYSA).