REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam beberapa tahun terakhir, generasi milenial dan generasi Z yang sekarang berada di rentang usia 20 hingga 40 tahun, makin banyak yang memutuskan untuk memasuki tahap baru kehidupan yaitu mengambil keputusan untuk menikah.
Setelah sibuk menyiapkan perencanaan untuk pesta dan resepsi pernikahan sebelum resmi menjadi suami istri, sesudah proses itu ada hal penting dan perlu dijadikan prioritas bahasan oleh pasangan yang baru menikah.
Salah satu hal yang wajib dibahas untuk para pasangan baru itu adalah mengatur keuangan mengingat dua jenis generasi ini seringkali berada dalam tekanan sandwich generation.
Seringkali pembahasan mengatur keuangan terlupakan dan hanya dibebankan pada istri, padahal masalah ini harus dibahas bersama-sama karena rumah tangga dibangun atas kepercayaan relasi antar-dua orang.
“Yang tadinya sebelum menikah hanya ada pengeluaran pribadi, sekarang juga harus pikir pengeluaran rumah tangga. Belum lagi saat nanti punya anak, harus memperhitungkan kebutuhan anak juga," kata perencana keuangan bersertifikat Annisa Steviani dikutip dari siaran pers Bank Jago.
Untuk menghindari konflik akibat kurangnya perencanaan keuangan bagi pasangan baru menikah, Annisa pun membagikan beberapa kiat dalam mengatur keuangan.
Kiat pertama dalam mengatur keuangan bersama pasangan adalah menyiapkan keterbukaan dan ini menjadi faktor yang penting. Saat suami dan istri duduk bersama membahas keuangan bersama mulai dari sumber penghasilan, utang, hingga cicilan harus dibeberkan kepada pasangan agar nantinya keputusan-keputusan di masa depan dapat diukur sesuai kemampuan dan diambil dengan baik.
Selanjutnya, dengan kondisi sandwich generation yang banyak dialami generasi milenial dan generasi Z, pasangan dapat membicarakan kondisi itu apakah salah satu pasangan masih memiliki tanggungan keluarga di luar keluarga barunya atau justru keduanya mengalami posisi yang serupa.
Dalam perencanaan keuangan tahapan awal ini pasangan bisa mendiskusikan satu sama lain terkait dengan kapan, berapa, dan dari mana uang yang akan disisihkan sebagian untuk membantu orangtua atau anggota keluarga lain.
Sandwich generation mulai ramai di medio 2014, sebuah generasi yang terhimpit di tengah-tengah (seperti roti lapis) yang harus memenuhi kebutuhan banyak orang, pada umumnya kebutuhan orang tua berada di atas dan kebutuhan anak berada di bawah.
Jika memang ternyata Anda atau pasangan merupakan golongan sandwich generation, maka pasangan harus bisa bersikap tegas menyiapkan daftar prioritas dan membedakan kebutuhan serta keinginan atau gaya hidup yang ingin dijalankan orang tua.
Karena penghasilan itu terbatas sehingga perlu diingat tidak semua keinginan orang tua perlu langsung dipenuhi segera kecuali yang memang bersifat darurat. Sementara terkait pembahasan kebutuhan dan keinginan perlu dimasukkan dalam perencanaan untuk memastikan kondisi keuangan kalian bisa sejalan dengan gaya hidup yang ingin dijalani.
Terakhir tentukan siapa yang akan mengelola keuangan atau bagaimana cara uang dikelola. Hal itu tergantung kesepakatan yang telah ditempuh bersama pasangan.
Setelah disepakati, sudah jelas berapa jumlah penghasilan dan total pengeluaran setiap bulan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan pasangan adalah menyusun anggaran atau budgeting.
Untuk budgeting, Annisa menyarankan tidak perlu mencatat semua hal secara detil namun catat pengeluaran yang besar misalnya dana untuk kebutuhan sehari-hari maupun dana investasi.
Pengeluaran yang terhitung kecil dan tidak sering seperti biaya parkir atau biaya jajan di pinggir jalan tidak perlu dimasukkan.
Anissa juga menyarankan, untuk budgeting ada baiknya dua tujuan keuangan yaitu dana darurat serta dana pensiun bisa dimasukkan dalam perencanaan. Terkait dana darurat, Anissa menyebut saat ini pos tersebut sudah menjadi kewajiban mengingat ada banyak ketidakpastian yang bisa terjadi.
“Hidup itu kan nggak selalu berjalan mulus, kadang ada-ada saja kejadian di luar dugaan yang butuh penanganan segera dan biayanya nggak sedikit. Usahakan untuk punya dana darurat seenggaknya tiga kali gaji,” kata Annisa.
Sementara untuk dana pensiun tentunya untuk bisa membantu anak di masa depan sehingga ia tidak perlu mengalami rantai generasi sandwich yang berulang dari generasi ke generasi.
Annisa menyarankan untuk dimulai sesegera mungkin, baiknya sejak mulai awal bekerja agar waktu yang dimiliki masih panjang karena nominal yang perlu dikumpulkan itu tidak sedikit.
“Kalau menunggu misal usia 40, uangnya belum tentu cukup saat tiba waktunya pensiun, apalagi jika setelah pensiun ada tujuan yang ingin diwujudkan, misalnya memiliki peternakan, punya bisnis, atau memiliki rumah kontrakan sebagai passive income untuk menghidupi kita saat pensiun nanti,” lanjut Annisa.
Jika kedua hal itu sudah dipenuhi, prioritas finansial selanjutnya yang dapat disiapkan adalah dana pendidikan anak. Dana pendidikan bisa dimasukkan dalam tujuan finansial jika anda memang berencana memiliki momongan.
Persiapan itu dibutuhkan agar setidaknya di masa depan, pendidikan sang buah hati bisa terjaga. "Opsi sekolah itu banyak ya, SD sampai SMA ada opsi gratis karena ditanggung pemerintah, dan memang sampai yang mahal sekali pun ada, jadi untuk dana sekolah, bisa disesuaikan dengan kemampuan. Tapi bukan berarti tidak bisa jalan bersamaan ya, uang yang ada bisa dibagi untuk mengumpulkan secara bersamaan dana pensiun dan dana pendidikan," ujar Annisa.
Setelah mengakomodir kebutuhan keduanya, maka tentu nantinya kondisi finansial keluarga akan terasa mudah diterima dan hubungan dalam bahtera rumah tangga bisa lebih harmonis.