Senin 21 Feb 2022 07:41 WIB

Pelatihan TIK Tingkatkan Kreativitas Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar

BPTIK Jateng akan menggelar pelatihan selanjutnya tahun ini dengan target 1.500 guru.

Pelatihan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) guru (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Siswowidodo
Pelatihan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) guru (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS -- "Guru-guru yang ikut pelatihan ini sangat antusias dan senang karena menerima banyak manfaatnya. Bahkan ada yang sebelumnya tidak ikut, ingin mendaftarkan diri," ujar Kepala Badan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (BPTIKP Dikbud) Jawa Tengah, Siswanto, Kamis (17/2/2022) saat berbagi kisah tentang pelatihan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) bagi guru-guru di Jateng. 

Pelatihan Google Workspace for Education ini, kata Siswanto, membantu para guru agar lebih mudah menguasai dan mengaplikasikan TIK dalam kegiatan belajar-mengajar.

"Tahun kemarin, kami gelar pelatihan untuk guru tiga angkatan, total 1.500 guru SMA, SMK, SLB, serta angkatan khusus pengawas SMA seluruh Jawa Tengah yang berjumlah 65 orang," jelasnya.

Melihat antusiasme dari para peserta, BPTIK Jateng akan tetap menggelar pelatihan selanjutnya pada tahun ini. Targetnya adalah sekitar 1.500 guru di seluruh Jawa Tengah dan dilakukan secara daring. "Setelah menerima pelatihan, para guru akan kembali ke sekolah dan menularkan ilmunya ke guru-guru lain," kata Siswanto.

Selain pelatihan daring, BPTIK juga menggelar pelatihan luring khusus untuk materi pembuatan video dan bahan ajar, tetapi jumlah peserta dibatasi maksimal 30 orang. Pelatihan ini juga memiliki target sasaran lainnya, yaitu pengurus Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). 

"Pasalnya, mereka ini penggerak di sekolah masing-masing. Pelatihan ini khusus bagi mereka yang belum pernah ikut pelatihan. Targetnya sekitar 80 orang," katanya.

Siswanto pun merinci beberapa materi pelajaran yang disampaikan kepada para peserta pelatihan. Di antaranya, bagaimana aktivasi akun belajar.id, membuat kelas virtual, mengunggah materi, pembelajaran kolaboratif, diskusi online termasuk bikin Slide, dan Gmeet. 

"Selesai pelatihan, guru-guru yang mengikuti pelatihan mengatakan bahwa ini sangat membantu mereka untuk bisa menggunakan kelas virtual, serta konten digital, misalnya untuk membuat video pembelajaran. Ya, karena daring ini mereka mau gak mau dipaksa membuat video yang bisa diakses siswa, dan membuat media ajar, sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik," katanya.

Sebelumnya, para guru mengaku menemukan kendala saat belajar daring. Misalnya, siswa mudah bosan karena tidak ada tatap muka. Kreativitas guru untuk mengemas media belajar inilah yang diperlukan. Setelah guru-guru ini mendapat pelatihan dan menularkan ilmunya ke guru lain di masing-masing sekolah, Siswanto juga menerima beberapa permintaan untuk mengisi pelatihan TIK di daerah-daerah pelosok.

"Untuk pelatihan upgrading kemampuan TIK ini, guru juga bisa mengajukan agar kami datang, tapi harus berkelompok ya, tidak satu-satu. Guru bisa mengajukannya lewat surat secara langsung, atau melalui grup Whatsapp atau medsos serta website kami. Untuk daerah pelosok, kami pernah sampai ke Karangjambu, Banjarnegara. Kata orang, ini negeri di atas awan. Jalannya berkelok-kelok, tetap kami tempuh," ujarnya.

Terpisah, Direktur Sekolah Menengah Atas (SMA) Kemendikbudristek Suhartono Arham mengatakan, kualitas tenaga pendidik yang menguasai TIK menjadi faktor penunjang keberhasilan digitalisasi sekolah. 

"Teknologi canggih tetapi tidak didukung SDM yang andal, maka alat tersebut bisa menjadi sia-sia. Begitupun sebaliknya. Indikator keberhasilannya adalah guru dan siswa semakin mudah mengakses bahan ajar," jelas Suhartono.

Bantuan TIK Kemendikbudristek ini, kata Suhartono, juga mengurangi dampak memudarnya capaian belajar (learning loss) selama pandemi. Sekolah yang mendapat bantuan TIK wajib menggunakannya dengan optimal.

"Bahkan di beberapa daerah sudah memanfaatkan peralatan TIK untuk pembuatan Penilaian Akhir Semester (PAS) secara online hingga sistem penilaiannya. Hal ini misalnya dilakukan di SMA PGRI 3 Kota Bandung," tuturnya.

Bantuan TIK ini, kata Suhartono, mendukung strategi utama program Merdeka Belajar dengan memperkuat platform pendidikan nasional berbasis teknologi.

Antusiasme para pendidik dalam melakukan adaptasi, didukung dengan pemerataan dan optimalisasi bantuan TIK serta bimbingan teknis, dapat turut mempercepat proses digitalisasi pendidikan di Indonesia. Harapannya, hal ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia demi mewujudkan sumber daya manusia yang unggul sesuai dengan yang dicanangkan pemerintah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement