Senin 21 Feb 2022 08:58 WIB

Mahasiswa UMM Latih Petani Tengger Teknik Stek Benih Kentang

Masalah utama yang dihadapi petani Tengger yakni bibit kentang yang mahal.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah mahasiwa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melangsungkan pelatihan dan edukasi pembibitan stek kentang di Kecamatan Tosari wilayah Tengger, Pasuruan, pada Januari-Februari 2022. 
Foto: Humas UMM
Sejumlah mahasiwa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melangsungkan pelatihan dan edukasi pembibitan stek kentang di Kecamatan Tosari wilayah Tengger, Pasuruan, pada Januari-Februari 2022. 

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sejumlah mahasiwa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melangsungkan pelatihan dan edukasi pembibitan stek kentang di Kecamatan Tosari wilayah Tengger, Pasuruan, pada Januari-Februari 2022. Adapun mahasiswa-mahasiswa tersebut antara lain Adelya Putri Andarista, Deni Purnama Sudiya Makarya, dan Herlina Dwi Rahayu.

Kegiatan ini merupakan program pengabdian yang juga hasil mitra bersama salah satu dosen UMM Syarif Husen. Ketua kelompok, Adelya Putri Andarista mengatakan, masalah utama yang dihadapi petani Tengger yakni bibit kentang yang mahal.

Selain itu, kondisi green house yang dimiliki masih tergolong sempit dan beberapa sekat masih terbuka. “Masalah-masalah itulah yang menggerakkan kami untuk memberikan pelatihan sehingga kegagalan dalam pembibitan dapat dikurangi,” ujarnya.

Dengan adanya situasi tersebut, perempuan disapa Adel ini bersama timnya mengadakan pelatihan dan edukasi berkonsep praktik di lapangan. Cara ini dilakukan agar petani dapat melakukannya secara langsung dan tidak kebingungan.

Sebelumnya, para peserta juga telah diberi masukan dan materi terkait penyiapan green house yang sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). Begitupun dengan cara sterilisasi media untuk pembibitan.

Menurut Adel, pemindahan media planet kentang menjadi hal yang krusial. Hal ini karenan nantinya planet bisa distek pada usia satu bulan. Dengan planet dan teknik stek ini, penanaman yang distek bisa dikembangkan menjadi empat bibit kentang.

Mahasiswa Agroteknologi UB ini menilai para peserta yang mayoritas berprofesi sebagai petani tersebut merespons baik program ini. Hal ini terlihat dari upaya renovasi dan perluasan green house yang sedang dilakukan.

Mereka juga senang karena mendapatkan pengetahuan baru sehingga produksi dan panen kentang sesuai dengan yang diharapkan. Meski begitu, timnya sempat kesusahan tatkala cuaca hujan terus berlangsung.

Hal itu berakibat pada planet menjadi layu sehingga sesekali harus menunda pelatihan. Arus air di green house juga dirasa kurang sehingga harus menimba air terlebih dahulu sebelum memulai paparan dan praktik.

Mahasiswa asli Pasuruan ini berharap petani setempat dapat menjadi mandiri untuk memenuhi bibit kentang melalui teknik yang sudah diberikan. Hal itu dirasa bisa menekan angka pengeluaran dan menambah pemasukan dari para petani kentang.

Kemudian petani juga bisa memproduksi bibit kentang yang lebih banyak ke depannya. "Sehingga tidak begitu membutuhkan bibir dari pihak luar,” ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement