REPUBLIKA.CO.ID,UNGARAN -- Operasi pasar minyak goreng yang digelar di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Semarang kurang maksimal. Banyak warga pasar yang tidak dapat memanfaatkan operasi pasar ini karena minyak goreng kemasan yang dijual melalui operasi pasar ini jumlahnya sangat terbatas.
Masduki (48), salah satu pedagang pasar Babadan, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang mengungkapkan, jumlah minyak goreng yang disiapkan untuk operasi pasar, di pasar Babadan cukup terbatas.
“Alokasi untuk operasi pasar minyak goreng di pasar Babadan ini hanya 240 liter, sementara jumlah warga pasar (pedagang) di pasar ini mencapai 1.300 orang,” ungkapnya, saat dikonfirmasi di pasar Babadan, Kamis (24/2).
Kendati begitu, jelasnya, minyak goreng ini tetap dijual kepada pedagang dengan harga Rp 14.000 per liter dan tiap pedagang dibatasi hanya satu liter menggunakan sistem kupon yang dibagikan pengelola pasar setempat.
Dengan alokasi tersebut maka operasi pasar minyak goreng ini hanya dapat dinikmati oleh ratusan 240 pedagang. Artinya banyak pedagang yang tidak kebagian kupon atau tidak dapat memiliki kesempatan dalam operasi pasar ini.
“Bagi mereka yang bisa membeli saja kurang puas dengan operasi pasar ini, karena hanya mendapatkan jatah satu botol kemasan satu liter. Apalagi yang tidak mendapatkan kesempatan,” tegas Masduki.
Seperti halnya di pasar Babadan, operasi pasar minyak goreng –hari ini-- juga dilaksanakan di pasar Bandarjo, Ungaran, Kecamatan Ungaran Timur. Alokasi minyak goreng yang dijual pada operasi pasar ini juga terbatas.
Sementara antrean warga pasar yang ingin mendapatkan minyak goreng tersebut cukup banyak. Karena mereka sebelumnya telah mendengar informasi bakal ada operasi pasar minyak goreng, hingga tak sedikit di antara mereka yang tidak kebagian.
Akibatnya, petugas pengelola pasar Bandarjo harus menyampaikan imbauan melalui pengeras suara agar pedagang dan masyarakat bisa memahami kondisi ketersediaan minyak goreng yang masih cukup tersebut.
Sementara itu, Sri Murdiyati (35), salah seorang pengunjung pasar Bandarjo yang dikonfirmasi mengungkapkan, sudah sekitar satu bulan sulit mengakses minyak goreng karena keterbatasan ketersediaan di pasaran.
Untuk mengganti minyak goreng bagi kebutuhan dapur, ia mengaku –sementara ini—jamak memanfaatkan margarin untuk memasak. Yang menjadi persoalan kemudian pengeluaran belanjanya juga semakin mahal.
Ia berharap, ketersediaan minyak goreng kembali normal dan masyarakat tidak mengalami kesulitan lagi untuk memenuhi kebutuhan harian. Karena minyak goreng merupakan salah satu komponen untuk mengolah makanan kebutuhan harian.
“Pengennya sih, minyak goreng tetap ada dan mudah didapatkan di pasaran walaupun harganya sedikit malah. Sekarang ini kan harganya sudah mahal, tetapi di pasaran minyak goreng –sampai hari ini-- masih terbatas,” tegasnya.