REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- MAS Holdings, perusahaan teknologi pakaian jadi terbesar di Asia Selatan, resmi mengubah nama manufaktur perusahaannya di Indonesia menjadi MAS Arya yang menjadi bagian dari inisiatif MAS untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat utama operasinya di Tanah Air.
Sebelumnya dikenal dengan MAS Sumbiri, perusahaan yang telah memiliki dua fasilitas manufaktur di Jawa Tengah, berdiri pada tahun 2013 sebagai perusahaan patungan antara MAS dan PT Sumber Bintang Rejeki. Perusahaan yang awalnya hanya memiliki 500 karyawan (disebut sebagai rekanan oleh MAS-Red) dan memproduksi hanya satu kategori produk saja, kini telah berkembang menjadi salah satu eksportir pakaian jadi terbesar di Indonesia yang telah memiliki kemampuan manufaktur multi-produk dan melayani enam merek serta retailer mode global ternama.
Selain itu, MAS Arya juga telah memenangkan penghargaan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah sebagai eksportir tangguh di Jawa Tengah selama tiga tahun berturut-turut. Mengawali bisnis dengan fokus pada pakaian dalam wanita (bra), MAS Arya kini memiliki portofolio yang lebih beragam dengan menampilkan produk bernilai tinggi dan berteknologi tinggi, seperti produk FemTech yang berfokus pada kesehatan dan kebersihan wanita, pakaian medis, pakaian olahraga dan atletik, celana boxer pria dan celana dalam wanita.
Pembaharuan nama perusahaan yang secara resmi diumumkan pada awal Februari 2022 membuka jalan bagi MAS untuk memperkuat kehadirannya di Indonesia. MAS berharap untuk dapat melipatgandakan jejaknya di Indonesia dalam empat tahun hingga 2025 mendatang dengan menggaet konsumen dan unit bisnis strategis baru di Indonesia, serta dengan memperluas jaringan mitra manufaktur eksternal. Perusahaan juga telah menerapkan serangkaian inisiatif bersama untuk lebih meningkatkan operasinya, termasuk melalui otomatisasi dan digitalisasi yang lebih besar.
CEO MAS Arya, Ziyan Zahir, meyakini adanya potensi besar bagi Indonesia untuk menjadi pusat pakaian di Asia Tenggara, terutama mengingat sumber daya manusianya yang kuat dan hubungan perdagangan yang terjalin baik dengan negara-negara Asia. “Hal ini sangat sejalan dengan visi MAS Arya sendiri, terutama mengingat kami juga ingin lebih dikenal sebagai produsen mode dan pakaian ikonik di kawasan ini. Oleh karenanya, rebranding ini juga memiliki implikasi di luar MAS Arya dan memberi pertanda baik bagi pertumbuhan dan perluasan seluruh sektor pakaian jadi di Indonesia,” tutur Ziyan dalam siaran pers, Rabu (2/2/2022).
Dalam bahasa Sanksekerta, Arya mengacu pada makna ‘terhormat’ yang mencerminkan kepatuhan kuat MAS terhadap praktik serta standardisasi etis dan berkelanjutan dalam semua operasinya di seluruh dunia. Fokus yang kuat pada praktik tersebut terlihat dari operasi MAS Arya, khususnya dalam inisiatif untuk mengurangi konsumsi energi dan emisi gas rumah kaca secara signifikan. Salah satu fasilitas manufaktur MAS Arya diharapkan hanya akan menggunakan energi berkelanjutan pada tahun 2030. Hal ini juga selaras dengan upaya MAS untuk membawa martabat dan memperkaya kehidupan dan penghidupan tidak hanya bagi para pekerja perusahaan, tetapi juga keluarga dan masyarakat yang turut bergantung pada perusahaan.
Sama halnya dimana perusahaan telah menerapkan program yang komprehensif untuk mengembangkan para karyawannya, MAS Arya telah menjalin kemitraan dengan beberapa universitas dan perguruan teknik di Indonesia, termasuk Universitas Gadjah Mada, Universitas Diponegoro, dan STTT Bandung, untuk menggaet talenta terbaik. Setelah mereka bergabung dengan MAS, mereka akan menjalani program pelatihan dan pengembangan yang komprehensif dimana orang terpilih akan ditawarkan untuk menempati lokasi MAS lainnya di luar negeri. Hal ini bertujuan untuk lebih meningkatkan keterampilan dan bakat mereka di skala global. Atas usahanya tersebut, MAS Arya menerima penghargaan sebagai ‘Perusahaan Terbaik untuk Bekerja di Asia’ oleh HR Asia pada tahun 2019 serta mendapat predikat ‘Perusahaan Fast Moving di Indonesia’ pada SME 100 Awards 2020.
“Kini, MAS memberikan kesempatan kerja kepada lebih dari 10 ribu rekanan di Indonesia secara keseluruhan, termasuk di MAS Arya dan juga melalui investasi lainnya dalam rantai pasokan industri jadi yang diwakili oleh PT Silueta Indonesia, PT Prym Intimates Indonesia, dan PT Stretchline,” kata Ziyan Zahir menambahkan.