REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Palang Merah Indonesia (PMI) Jawa Tengah harus terus melakukan regenerasi di tubuhnya. Melalui regenerasi, maka PMI setempat akan melahirkan kader baru ‘pejuang kemanusiaan’ yang selalu berada di garis depan, setiap aksi kemanusiaan dibutuhkan.
Hal ini ditegaskan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, saat membuka secara virtual sekaligus memberikan arahan pada acara pembukaan Musyawarah Kerja PMI Jateng, di Semarang. Menurut gubernur, PMI Jateng merupakan salah satu ‘penjaga’ para pejuang kemanusiaan.
Rasa kemanusiaan yang tinggi selalu membawa PMI Jateng berada di garis depan dalam berbagai kegiatan kemanusiaan. Maka regenerasi yang berkesinambungan harus terus dilakukan, agar tradisi PMI Jateng dalam memunculkan para pejuang atau sukarelawan kemanusiaan muda akan dapat terus berjalan.
“Munculnya anak-anak muda, baik dari kalangan pelajar, mahasiswa, dan santri adalah masa depan PMI Jateng dalam melahirkan para kader pejuang kemanusiaan tersebut,” ungkapnya.
Ganjar juga menyampaikan, proses regenerasi dapat dilakukan dengan mendidik dan membangun rasa kemanusiaan sejak usia dini, seperti di kalangan pelajar dan santri melalui wadah Palang Merah Remaja (PMR).
Karena PMI punya embrio yaitu PMR dan para remaja tersebut bisa digembleng untuk mengembangkan serta membangun roso kamanungsan (rasa kemanusiaan) dan roso welas asih (kasih sayang) atas penderitaan sesama.
“Kalau rasa kemanusiaan tinggi maka aksi kemanusiaan ini akan berjalan dengan baik, maka kita dukung penuh munculnya sukarelawan dari anak-anak muda, santri, pelajar, dan juga dari kalangan mahasiswa,” tambah dia.
Menurut gubernur, selama ini PMI Jateng telah menjadi bagian dari kehadiran Jateng dalam berbagai aksi kemanusiaan, karena nilai-nilai roso kamanungsan dan roso welas asih sebagai landasan untuk saling membantu dan tolong-menolong yang dimiiki para relawan PMI.
Hampir seluruh kegiatan kemanusiaan di negeri ini, PMI Jateng selalu ikut di garis terdepan dan itu yang harus bisa memantik semangat untuk terus berbuat yang terbaik bagi siapa pun yang membutuhkan.
“Jateng selalu hadir dalam aksi kemanusiaan dan di dalamnya selalu ada PMI. Dulu ke Lombok, Palu, Jawa Barat, Malang, dan terakhir kemarin di Pasaman dan Pasaman Barat. PMI juga ikut berangkat,” jelas Ganjar.
Keikutsertaan serta peran relawan PMI dalam setiap aksi kemanusiaan yang dikirimkan tidak hanya sekadar ikut ‘meramaikan’ saja. Namun para relawan dari beragam latar belakang sosial, disiplin ilmu pengetahuan, dan profesi tersebut merupakan orang-orang yang benar-benar mendedikasikan segala ilmu dan jejaringnya untuk membantu dalam melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.
Mereka suka dengan kesukarelaannya dalam membantu, maka PMI bukan yang datang hanya untuk ikut merepotkan. Namun benar-benar datang dengan kecakapan dan kompetensinya, peralatannya, juga dengan dukungan logistiknya.
Ketika semua ini dikolaborasikan dengan unsur relawan kemanusiaaan yang lain, maka semua penanganan akan cepat selesai. Maka kekuatan besar ini harus terus dipertahankan bahkan kalau perlu ditingkatkan lagi.
“Apalagi, Jateng, termasuk PMInya, kerap menjadi contoh karena kemandirian yang bagus, capacity building yang hebat, pembangunan jejaring yang serius, dan tentunya sukarelawan yang banyak,” katanya.