REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Malang resmi menjalankan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) kembali per Senin (14/3/2022). Kebijakan ini terutama ditunjukkan pada sekolah yang berada di bawah naungan Pemkot Malang, yakni dari tingkat TK, SD sampai SMP.
Wali Kota Malang, Sutiaji mengatakan, pelaksanaan PTM 100 persen bukan dilatarbelakangi kebijakan pelevelan PPKM. Namun lebih pada mengikuti keputusan pemerintah yang telah dikeluarkan melalui SKB tiga menteri.
"Jadi kita lakukan demikian, filosofi yang diambil mendidik disiplin dari sekolah," kata Sutiaji kepada wartawan seusai meninjau pelaksanaan PTM di SMP Negeri (SMPN) 8 Kota Malang, Senin (14/3/2022).
Menurut Sutiaji, sebagian besar peserta didik memang menghendaki diadakannya PTM 100 persen kembali. Dari sejumlah peserta didik yang ditanya, hanya dua anak yang senang dengan pembelajaran daring. Mereka merasa bisa bebas dan tidak terikat dengan waktu untuk melaksanakan pembelajaran.
Sutiaji tak menampik salah satu hal menguntungkan dari pembelajaran daring terdapat pada waktu yang lebih bebas. Namun keberhasilan pembelajaran model ini hanya berada di angka 40 persen. Sebab itu, diperlukan PTM 100 persen agar bisa mengejar ketertinggalan 60 persen tersebut.
Untuk bisa mencegah penyebaran Covid-19, Pemkot Malang juga akan melaksanakan testing secara berkala. "Testing dilakukan berkala jadi untuk guru rutin nanti. Kalau guru harus rutin kalau siswa karena jumlahnya kita ambil sampling, seperti dulu," ucap pria berkacamata ini.
Dengan adanya PTM ini, masyarakat dan sekolah juga diharapkan bisa melaksanakan protokol kesehatan (prokes) dengan ketat. Masyarakat perlu terus membantu mengendalikan penyebaran Covid-19 meskipun kemungkinan terdapat varian baru seperti deltracron. Namun apapun variannya, hal terpenting prokes harus dijalankan sebaik mungkin.
Siswi SMPN 8 Kota Malang, Mahesita Ayura Hendarta (13) mengaku senang dengan diadakannya PTM 100 persen kembali. Dia bisa bertemu dengan teman-temannya dan memahami materi yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu, tugas-tugas sekolah pun bisa lebih cepat diselesaikan dengan baik.
Menurut Mahesita, ada banyak kekurangan dari sistem pembelajaran daring. Salah satunya siswa menjadi kurang memahami materi yang diberikan oleh guru. Hal ini karena komunikasi yang sulit antara guru dan siswa.
"Tapi untung saja daring ini tidak ada kerja kelompok karena terkendala Covid ini. Kemudian kami menggunakan Google Meet, kemudian Google Form kemudian Google Classroom untuk mengerjakan tugas," ungkapnya.
Di sisi lain, Mahesita tak menampik, masih mengkhawatirkan kasus Covid-19 yang masih terus terjadi hingga sekarang. Namun dia meyakini kasus ini dapat dicegah selama menerapkan prokes dengan baik. Apalagi orang tua juga turut mengizinkan pelaksanaan PTM 100 persen.