Selasa 29 Mar 2022 14:58 WIB

Ketahanan Pangan dan Pertanian Berkelanjutan Harus Jadi Perhatian Khusus

Isu ketahanan pangan diakibatkan pula dampak pandemi Covid-19.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Petani membawa karung berisi gabah menggunakan gerobak di Persawahan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Foto: ANTARA/Abriawan Abhe/foc.
Petani membawa karung berisi gabah menggunakan gerobak di Persawahan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Problematika ketersediaan pangan seperti kelangkaan bahan pokok pangan masih menjadi persoalan yang sering terjadi di Indonesia. Hal tersebut terkait permasalahan atas isu ketahanan pangan baik di ranah nasional maupun global.

Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof Gunawan Budiyanto mengatakan, perwujudan ketahanan pangan di Indonesia belum dilakukan dengan baik. Ketahanan pangan erat kaitannya dengan pertanian yang berkelanjutan.

Dimensi ketahanan pangan sesuai UU Nomor 18 Tahun 2012 meliputi tiga aspek yaitu ketersediaan, keterjangkauan, dan pemanfaatan. Sayangnya, selama ini cukup jarang akademisi yang pahami aspek-aspek dimensi ketahanan pangan secara komprehensif.

Padahal, itu terkait isu-isu pertanian yang perlu dipelajari dan ditelaah. Guru Besar Bidang Ilmu Tanah UMY itu melihat, terlalu banyak studi tanaman, padahal ada hal-hal lain yang perlu dibahas, khususnya produksi pangan berkelanjutan.

"Oleh karena itu, perlu adanya rekonstruksi kurikulum yang diberikan kepada mahasiswa dalam hal isi ketahanan pangan serta membahas solusi permasalahan untuk pertanian yang berkelanjutan," kata Gunawan, Selasa (29/3/2022).

Hal itu disampaikan saat mengisi Forum Pimpinan Ilmu Pertanian Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FPIPPTM) yang digelar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Dihadiri dosen-dosen pertanian perguruan tinggi Muhammadiyah seluruh Indonesia.

Gunawan mengingatkan, muara dari pertanian yang berkelanjutan berkaitan dengan kesehatan tanah. Meliputi memaksimalkan akar hidup berkelanjutan, meminimalkan gangguan, memaksimalkan penutup tanah, dan memaksimalkan keanekaragaman hayati.

"Ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan merupakan interaksi antar kebijakan pemerintah yang berdimensi lingkungan, sosial, dan ekonomi," ujar Gunawan.

Kepala Pusat Pendidikan Pertanian Kementerian Pertanian, Idha Widi Arsanti berpendapat, persoalan isu pembangunan pangan dan pertanian berawal dari dampak La Nina dan El Nino. Yang mana, menyebabkan dampak dari semua segi pertanian.

Meliputi kelangkaan agriculture input dan penurunan produksi terutama perishable product (stabilitas produksi pangan pokok). Isu ketahanan pangan diakibatkan pula dampak pandemi Covid-19 yang membuat supply and demand pangan terganggu.

Untuk menurunkan angka kerentanan pangan, pemerintah melakukan strategi pembangunan pangan dan pertanian untuk mendukung ketahanan pangan, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa strategi yang dilakukan.

Peningkatan kapasitas produksi, diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan dan sistem logistik pangan, pengembangan pertanian modern dan gerakan tiga kali ekspor. Menurut Idha, ada hal-hal yang jadi tantangan ketahanan pangan dan gizi.

"Meliputi sarana dan prasarana pertanian, skala usaha tani kecil dan konversi lahan, dampak perubahan iklim, akses pangan yang tidak merata, food loss and waste yang tinggi, regenerasi petani lambat dan tantangan di inovasi, dan diseminasi teknologi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement