REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Segala pintu rahmat dan pengampunan terbuka lebar untuk umat manusia. Maka saat inilah momentum yang sangat special bagi umat Muslim untuk membersihkan dan menyucikan diri.
"Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk bereformasi terutama untuk mereformasi diri maupun mereformasi akhlak. Namun jika dilihat dalam konteks radikalisme dan terorisme, yang menjadi concern dan harus diperbaiki adalah spiritualitas dalam beragama dan berbangsa," ujar Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid dalam acara “Deep Talk Indonesia Serial Ramadan” yang diselenggarakan oleh Gerakan Indonesia Optimis, Kamis (7/4/2022).
Menurutnya, Indonesia akan maju jikalau bangsa ini kuat dalam bidang intelektualitas dan spiritualitas. "Artinya, agama akan kaffah jika didukung dengan rukun Islam, rukun islam dan rukun ihsan. Ihsan ini adalah aspek spiritualitas untuk membangun budi pekerti luhur serta membangun akhlak," paparnya.
Nurwakhid menjelaskan akhlak dan spiritualitas adalah vaksinasi dalam melakukan deradikalisasi. Seperti diketahui, deradikalisasi adalah proses pengembalian paham radikal menjadi moderat. Menurutnya, hal itu harus ditandai dengan berubahnya akar ideologi radikal atau ideologi takfiri dan digantikan dengan ideologi moderat.
"Seseorang bisa dikatakan moderat kalau mereka menonjol tidak hanya ritualitasnya saja, tetapi juga spiritualitasnya. Tidak hanya kehidupan keagamaannya saja, tetapi juga akhlak dan budi pekerti yang luhur yang sejatinya merupakan misi utama para nabi, terutama nabi Muhammad SAW," jelas Nurwakhid.
Ia berharap Gerakan Indonesia Optimis dapat ikut berperan dalam menangkal penyebaran paham radikalisme dan terorisme yang berkembang di Indonesia. "Gerakan Indonesia optimis dengan namanya optimistis itu sudah memiliki nilai sufi, nilai tasawuf, dan nilai spiritual. Karena seseorang yang memiliki spiritualitas yang menonjol selalu optimistis," tuturnya.
Menurutnya, optimisme inilah yang seharusnya membangkitkan rasa syukur kita sebagai bangsa yang memiliki heterogenitas yang sangat plural, serta memiliki potensi yang luar biasa yang harus dibangun dalam toleransi atau bisa disebut 5 T.
“Gerakan Indonesia Optimis harus mempunyai target 5 T. T pertama adalah tawassuth, moderat, berada di tengah. Karena dengan di tengah bisa rahmatan lil alamin. T kedua adalah tawazun, seimbang, proposional. T ketiga adalah tasamuh, yaitu toleran. Hal ini sangat relevan bagaimana bangsa kita harus dibangun di atas toleransi karena keberagaman dan heterogetinas yang sangat plural. T keempat adalah tawasul. Segala sesuatu harus menggunakan media, harus pakai protokoler dan sistem. Tawasul artinya system metodologi ataupun media. T kelima adalah tabbayun. Kelompok radikal terorisme biasanya kurang piknik, kurang cek dan ricek terhadap konten. Hasil survei di dunia maya sebanyak 67,7% adalah konten-konten keagamaan yang intoleran dan radikal," jelasnya.