Kamis 21 Apr 2022 08:32 WIB

Pemerintah Cina Kritik Aksi Pembakaran Alquran di Swedia

Kebebasan berbicara tidak bisa menjadi alasan untuk menghasut diskriminasi rasial.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Fernan Rahadi
Seorang pengunjuk rasa memegang salinan Alquran, kitab suci umat Islam, selama demonstrasi mengutuk rencana pembakaran Alquran oleh kelompok sayap kanan di Swedia, di depan Kedutaan Besar Swedia di Teheran, Iran, Senin, 18 April 2022.
Foto: AP/Vahid Salemi
Seorang pengunjuk rasa memegang salinan Alquran, kitab suci umat Islam, selama demonstrasi mengutuk rencana pembakaran Alquran oleh kelompok sayap kanan di Swedia, di depan Kedutaan Besar Swedia di Teheran, Iran, Senin, 18 April 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Pemerintah Cina mengkritik aksi pembakaran Alquran yang belum lama ini terjadi di Swedia. Beijing meminta negara tersebut menghormati pemeluk agama minoritas.

"Kebebasan berbicara tidak bisa menjadi alasan untuk menghasut diskriminasi rasial atau budaya serta memecah masyarakat. Kami berharap Swedia dapat dengan sungguh-sungguh menghormati keyakinan agama kelompok minoritas, termasuk Muslim," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin mengomentari aksi pembakaran Alquran di Swedia, Rabu (20/4), dilaporkan Anadolu Agency.

Pekan lalu, pemimpin kelompok sayap kanan Stram Kurs, Rasmus Paludan, membakar Salinan Alquran dalam demonstrasi anti-Muslim di kota Linkoping, Swedia selatan. Paludan menyatakan akan mengulangi aksinya tersebut pada demonstrasi mendatang.

Sejumlah negara Arab, termasuk Turki dan Arab Saudi, telah mengutuk aksi tersebut. Mereka menyebut aksi Paludan sebagai provokasi dan hasutan terhadap umat Muslim. Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) turut mengutuk keras tindakan Paludan. "Kami mengutuk tindakan provokatif pembakaran salinan Al-Quran selama demonstrasi anti-Muslim yang telah berlangsung di Linkoping, Norrkoping, dan kota-kota lainnya di Swedia," ujar Ketua OKI Hissein Brahim Taha.

OKI menilai, aksi pembakaran Alquran oleh Paludan menimbulkan kekhawatiran tentang tren Islamofobia yang telah dilanggengkan oleh para pendukung ekstrem kanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement