REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta berupaya menghadirkan hal yang berbeda di malam Lailatul Qadar. Sebagai malam seribu bulan dengan beragam keistimewaannya di penghujung Bulan Ramadhan, momen ini kerap dihabiskan Umat Muslim dengan memperbanyak ibadah bahkan melakukan iktikaf di masjid.
UNU Yogyakarta, bersama puluhan mahasiswa Teknik Informatika, mengisi akhir Bulan Ramadhan dengan pelatihan pemrograman komputer (bootcamp). Karena kerap diselenggarakan seharian penuh dan dilanjutkan pada malam hari selepas berbuka, mereka menjuluki kegiatan tersebut dengan Lailatul Coding.
"Jadi Lailatul Coding ini merupakan plesetan, karena kita di malam hari tidak hanya mengaji kitab tapi juga belajar pemrograman, maka kita sebut Lailatul Coding. Harapannya, para santri bisa mahir dengan praktik langsung di bidang IT. Terlebih setelah lama tidak dapat bertemu di kampus maupun pondok," ucap Dekan Fakultas Teknologi Informasi UNU Yogyakarta, Ir. Suhada, dalam keterangan yang didapat Republika, Rabu (27/4/2022).
Ia memaparkan, ide awal kegiatan pelatihan ini diadakan karena selama dua tahun terakhir perkuliahan dilakukan secara daring. Hal itu dianggap kurang efektif dibandingkan dengan pembelajaran secara luring atau langsung.
Adapun Bootcamp Lailatul Coding ini diadakan bagi mahasiswa di Fakultas Teknologi Informasi selama 23 hari. Setiap harinya, para mahasiswa mengikuti kegiatan selama delapan jam, yang dimulai dari pukul 08.00 hingga 16.00 WIB, dengan waktu istirahat satu jam.
"Ide awal acara ini karena selama dua tahun pandemi perkuliahan secara langsung tatap muka tidak ada. Sehingga ada gap kompetensi yang tidak terpenuhi. Pada 30 Maret hingga kita tutup bersama pada 26 April 2022, UNU Yogyakarta berinisiatif memanfaatkan berkah Ramadhan sekaligus mengisi malam penuh berkah (Lailatul Qadar) dengan belajar pemrogaman," kata Suhada.
Melalui Lailatul Coding, Suhada mengharapkan 10 hari terakhir Ramadhan mahasiswa UNU Yogyakarta sebagai umat Islam tidak hanya digunakan untuk mengejar berkah akhirat. Tetapi, mereka juga mengambil manfaat dunia yang bisa dijadikan ladang pengabdian saat bekerja untuk umat, melalui ilmu pemrograman yang bermanfaat. "Harapannya (mahasiswa) tidak hanya meraih Lailatul Qadar, tetapi juga Lailatul Coding," lanjutnya.
Pemrograman yang dipelajari di Bootcamp Lailatul Coding bermacam-macam, mulai dari belajar membuat tampilan yang biasa terlihat di layar komputer (User Interface & User Experience), merancang program di dalam aplikasi (Back End), hingga memastikan bagaimana tampilan yang ada di aplikasi bisa berfungsi dengan baik ketika digunakan (Front End).
Mahasiswa UNU Yogyakarta juga diajarkan membuat serta memanfaatkan database (big data), sekaligus berlatih membuat aplikasi sesuai dengan studi kasus dan kebutuhan yang ada di pesantren.
Salah satu mahasiswa UNU Yogyakarta, Anis, menceritakan bagaimana dirinya bersama teman-teman membuat aplikasi untuk monitoring tahfidz (menghitung hafalan Quran). Selama ini, pencatatan hafalan Quran dilakukan secara manual, yaitu santri mengaji dan ustadz menandai bahwa hafalan telah dilakukan.
Hafalan Quran dengan cara tradisional disebut memiliki beberapa kelemahan. Misalnya, catatan yang rawan hilang maupun adanya peluang buku hafalan diubah oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, mengingat jumlah santri juga sangat banyak, maka dirasa perlu sebuah aplikasi untuk membantu para ustadz dan kyai dalam pengawasan.
"Kami berharap agar lebih mempermudah penyampaian ke wali santri, mempermudah penyimak atau pengasuh mengurus sekaligus menjaga kebenaran data-data. Karena santri ada ratusan. Ini contoh kasus yang kami alami di Pesantren, dan dengan teknologi kita bisa carikan solusinya," ucap Anis.
Aplikasi ini, lanjut Anis, memang belum sempurna dan masih butuh banyak pengembangan. Namun, pengalaman mengikuti Bootcamp Lailatul Coding ini membuat ilmunya semakin bertambah.
Terlebih, ia menyebut banyak santri yang sebelum berkuliah tidak memiliki basis ilmu di bidang pemrogaman. Di sisi lain, ia menyebut kuliah daring memberi tantangan tersendiri dalam proses belajar mengajar, karena tidak dapat bertemu dosen secara langsung dan bertanya secara leluasa.
"Dengan bimbingan penuh dari para mentor, dari pagi sampai sore, dan malamnya coding mengerjakan tugas, kami jadi lebih percaya diri. Alhamdulillah dengan waktu yang singkat ini kami bisa membuat website serta aplikasi kecil-kecilan walau belum sempurna," lanjutnya.