Selasa 03 May 2022 11:45 WIB

Idul Fitri Hari Kemenangan Spiritual-Sosial

Kemenangan spiritual adalah kemenangan manusia atas watak syaithaniyah.

Idul Fitri Ilustrasi
Foto: Republika/Wihdan
Idul Fitri Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Akademisi dari UIN Prof KH Saifuddin Zuhri (UIN SAIZU) Purwokerto, Muridan mengatakan, Hari Raya Idul Fitri memiliki makna hari kemenangan spiritual dan sosial.

"Idul Fitri merupakan wujud kemenangan spiritual dan sosial," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas.

Kepala Laboratorium Fakultas Dakwah UIN SAIZU itu menjelaskan Idul Fitri berasal dari kata 'id yang berarti kembali dan fitri. Kata 'id berarti suci, bersih karena telah terbebas dari segala kesalahan dan dosa.

"Kembali suci dan bersih seperti bayi yang baru dilahirkan, tidak memiliki kesalahan dan dosa," katanya.

Ia menambahkan, Idul Fitri juga diartikan sebagai hari kemenangan umat Islam, kemenangan dalam menggapai kembali pada puncak kemanusiaan, yaitu kesucian.

"Proses kembalinya manusia pada dimensi kesucian dilakukan melalui proses ibadah yang dinamakan puasa Ramadhan yaitu puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan," katanya.

Dengan demikian, kata dia, bulan Ramadhan merupakan bulan suci dan bulan penyucian. "Umat Islam diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa. Jika perintah ini dilaksanakan dengan benar sesuai yang diajarkan nabi yaitu dilandasi oleh iman dan ihtisab maka nabi menjanjikan akan adanya ampunan atas dosa-dosa masa lalu yang telah dilakukan," katanya.

Karena itu, kata dia, Idul Fitri dimaknai sebagai kembali suci, karena dosa-dosa yang terdahulu telah diampuni. Sementara itu, tambah dia, ada dua wujud kemenangan dari orang-orang yang berpuasa Ramadhan yaitu kemenangan spiritual dan kemenangan sosial.

"Kemenangan spiritual adalah kemenangan manusia atas watak syaithaniyah, watak yang menjauhkan manusia dari Tuhan-nya suka mengedepankan nafsu, suka mencaci, memaki, berdusta, khianat, tidak amanah," ujarnya.

Sementara wujud kemenangan sosial adalah adanya transformasi watak dari yang asosial menjadi sosial dari watak yang pelit, kikir, hasut, dengki, menjadi hamba yang berwatak toleran, beradab, suka berbagi, saling membantu, menolong, mengasihi, dan menyayangi sesama manusia.

"Kemenangan sosial ini jika terus dipupuk dengan baik maka akan menjadi modal besar dalam rangka menguatkan persatuan dan kesatuan bangsa," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement