REPUBLIKA.CO.ID,KUDUS -- Permintaan susu sapi di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, hingga kini masih stabil dan belum terpengaruh dengan informasi wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang sapi dan hewan ternak lainnya.
"Alhamdulillah, permintaan susu sapi masih stabil dan belum terpengaruh dengan informasi adanya penyakit yang menyerang hewan ternak," kata Zaenal Abidin pemilik Pemerahan Susu Sapi Sumber Segar di Desa Garung Lor, Kecamatan Kaliwungu, Kudus, Kamis (12/6/2022).
Untuk produksi susunya juga masih stabil karena setiap hari menghasilkan 180 liter susu dari jumlah sapi perah sebanyak 19 ekor. Ia mengakui khawatir dengan informasi penyebaran penyakit mulut dan kuku tersebut, karena bisa berdampak pada produksi susunya.
Sapi yang terserang penyakit secara otomatis akan mempengaruhi tingkat produksi susunya menjadi berkurang. "Ketika sapi mengalami demam saja, bisa mempengaruhi produksi susunya menjadi berkurang. Terlebih jika terserang PMK tentunya tidak akan bisa berproduksi karena untuk berdiri saja sulit karena menyerang kuku kaki sapi," ujarnya.
Tanpa ada kukunya, sapi tentunya tidak bisa berdiri untuk menopang tubuhnya. Untuk antisipasi agar tidak masuk ke Kudus, maka untuk sementara dirinya menghentikan pembelian sapi perah yang sebelumnya rutin mendatangkan dari Kabupaten Boyolali.
"Pembelian sapi menunggu situasinya kondusif dan sesuai petunjuk dari Dinas Pertanian dan Pangan Kudus. Karena selama ini setiap bulan memang ada pengecekan kesehatan sapi," ujarnya.
Kepala Seksi Peternakan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus Sidi Purnomo mengimbau para peternak untuk sementara menunda pembelian sapi dari luar daerah, terutama dari Jawa Timur.
Hal itu sebagai langkah antisipasi mencegah masuknya sapi terpapar penyakit mulut dan kuku di Kabupaten Kudus, karena nantinya bisa menyebar dan menyulitkan upaya pengobatannya.
"Kalaupun ada sapi bergejala mirip terpapar penyakit mulut dan kuku, maka akan diisolasi dan diberikan pengobatan agar tidak menular ke ternak lainnya," ujarnya.