REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, mengajak seluruh komponen bangsa terus merawat persatuan dan kebhinekaan. Apalagi, di tengah pembelahan politik yang selama ini mengibarkan perseteruan ideologis tidak berkesudahan.
Ia menekankan, kondisi itu bisa membawa bangsa masuk jurang disrupsi kebangsaan dan rawan bagi bangsa. Haedar mengingatkan, bangsa akan maju manakala bersatu, jika berpecah belah dan salah kaprah akan menjadi negeri yang bermasalah.
Padahal, Indonesia memiliki energi kolektif yang masih kokoh sebagai kekuatan bersatu dalam semangat gotong royong. Namun, semangat kebersamaan sering dirusak aktor petualang politik dan buzzer yang nir etika dan pertanggungjawaban moral.
"Politik hanya menjadi urusan kapital kekuasaan, minus kenegarawanan untuk mengembangkan ide, public goal, dan visi keindonesiaan menyatukan, mendamaikan, dan memajukan," kata Haedar dalam Syawalan UGM dan Kagama di Balairung UGM.
Haedar menyambut baik adanya tradisi kegiatan syawalan dan halal bihalal yang berlangsung di tengah masyarakat. Yang mana, syawalan merupakan tradisi luhur masyarakat Indonesia dalam rangka menjalin persaudaraan pada momen Idul Fitri.
Bagi kaum Muslim, Idul Fitri memang menjadi ritual ibadah. Namun, syawalan dan halal bihalal merupakan tradisi sosial inklusif sebagai kanal sosial memupuk persaudaraan dan persatuan seluruh komponen bangsa, tempat berteduh anak negeri. "Dalam suasana damai yang penuh arti," ujarnya.
Pada kesempatan itu, ia turut memberi pesan kepada keluarga besar UGM melalui alumni-alumni yang tergabung memobilisasi kekuatan mencerahkan akal budi bangsa. Menurut Haedar, itu jadi peran sangat penting bagi kampus-kampus di Indonesia.
UGM, lanjut Haedar, dan kampus-kampus lain di Indonesia harus meneguhkan posisi dan peran suluh moral dan kemajuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Berkeadaban berdasarkan nilai pancasila, agama dan kebudayaan nasional menjadi basis.
Ia menegaskan, bangsa Indonesia sudah memiliki potensi sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Baik dalam lingkungan pergaulan yang luas di seantero negeri maupun mancanegara, termasuk keluarga besar UGM.
"Merekalah pewaris Indonesia masa depan, tunas bangsa ini memerlukan pusat orientasi keteladanan dan jangan dirusak mentalnya dengan korupsi dan segala bentuk oportunisme," kata Haedar.