REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sudah 74 tahun mengenang hari ketika 1948 Israel menduduki Palestina. Sejak saat itu, sekitar 6,5 juta Palestina menjadi pengungsi, tidak memiliki rumah, terusir ke Asia, Eropa, Afrika, Amerika, dan terus merasakan penderitaan.
Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al Shun mengatakan, kezaliman yang didorong beberapa negara mengelabui fakta Palestina itu Tanah Air mereka, rumah mereka. Faktanya, mereka tetap harus kembali ke Tanah Air mereka, rumah mereka.
Ia mengingatkan, ada beberapa kekuatan yang memang sejak awal menginginkan untuk menjajah Palestina. Alasannya, tidak lain karena Palestina miliki peta geografis sangat strategis, memberi banyak keuntungan bagi siapapun yang akan menduduki.
Namun, Zuhair menekankan, mereka tidak akan pernah takut, tidak pernah menyerah. Bahkan, pada 60an ketika rakyat Palestina disebut sudah dipenuhi orang-orang tua dan tidak mampu berperang, sampai saat ini perjuangan itu tidak pernah berhenti.
Israel, lanjut Zuhair, merupakan negara buatan hasil konspirasi politik. Maka itu, selama ada bangsa-bangsa yang bersikeras mempertahankan, selama semangat perjuangan kemerdekaan masih ada, ia yakin Israel dan konspirasi akan musnah.
Sebenarnya, sempat ada rekonsiliasi internasional, pembagian resmi dari PBB, 56 persen untuk Israel, 44 persen Palestina. Namun, setelah pembagian Israel tetap mengokupasi daerah-daerah lain sampai 78 persen, sisa 22 persen untuk Palestina.
"Dengan 22 persen itupun tidak nyaman, tetap digempur, tetap diserang," kata Zuhair dalam Ambassadorial Lecture: The Future of Palestine yang digelar Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia (UII), Selasa (17/5/2022).
Sempat ada lagi niat rekonsiliasi di Oslo 1997, International State Solution, diputus Palestina mendapat timur Al Quds, West Bank, sampai ke Gaza. Tapi, lagi-lagi tidak dipedulikan, Israel tetap menggempur, mengakuisisi daerah-daerah itu.
Yasser Arafat sampai pernah mengumpulkan 140 negara untuk mengakui kemerdekaan Palestina, tapi dikikis Israel yang menghimpun kekuatan menolaknya. Sampai hari ini, tidak peduli agama apapun, rakyat Palestina terus terusir dari rumahnya.
Israel terus melakukan pelanggaran demi pelanggaran terhadap banyak kesepakatan dan peraturan internasional. Tapi, semua itu dibiarkan tanpa ada persidangan apalagi dijatuhi hukuman, seakan mereka yang kerap berteriak kemanusiaan hilang.
Diawali Inggris, hari ini semua pelanggaran terus dilakukan dengan dukungan AS, yang membuat Israel tetap melakukan hal-hal yang jelas melanggar kesepakatan dan aturan. Meski begitu, Zuhair menegaskan, rakyat Palestina tidak akan berhenti.
"Kami akan tetap berjuang dengan cara yang baik, konstitusional, sesuai aturan. Karenanya, dukungan sangat diharapkan. Kami terus berusaha melakukan cara yang legal, walau Israel menggempur melanggar berbagai macam kesepakatan dan aturan," ujar Zuhair.