REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Para petani di Jawa Timur harus memutar otak di tengah langkanya pupuk bersubsidi dan mahalnya pupuk non-subsidi. Seperti yang dilakukan Halid, petani asal Desa Kepuh Teluk, Kecamatan Tambak, Kabupaten Gresik inu memanfaatkan pupuk organik buatan sendiri untuk tetap bisa bercocok tanam. Pupuk yang diraciknya berbahan dasar kotoran sapi.
Caranya, kotoran sapi dicampur dengan arang sekam, jerami, dedaunan, air, dan biasanya ditambah lima sendok makan gula pasir dan EM4. "Pupuk alami ini ternyata bagus juga buat tanaman, dan hasil tanamannya juga bagus," kata Halid di Surabaya, Jumat (20/5).
Halid mengaku belajar secara otodidak untuk membuat pupuk alami sendiri. Kemaunnya belajar meracik pupuk organik sendiri didorong langkanya pupuk bersubsidi dan mahalnya pupuk non-subsidi.
"Mau tidak mau harus bikin pupuk alami, karena mau beli pupuk non-organik mahal. Meski terkadang kalau ada uang, saya coba beli pupuk cair agarhasil tanaman lebih maksimal," ujarnya.
Halid merasa, pupuk buatannya mampu meningkatkan kesuburan tanah. Selain itu, kata dia, pupuk organik juga ramah lingkungan, mampu meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang ada di dalam tanah, dan mampu meningkatkan kemampuan tanah menyerap air.
"Tapi memang kalau dibandingkan dengan pupuk botolan masih kalah, karena yang botolan sudah ada anti hamanya. Tapi organik ya memang gak merusak lingkungan," kata dia.
Setyo Budiawan, petani asal Desa Sragi, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar juga mengungkapkan hal senada. Ia mengaku menggunakan pupuk alami buatan Gapoktan setempat untuk menyiasati langkanya pupuk subsidi. Pupuk yang dibuat yakni pupuk biosaka, yang terbuat dari rumput, dicampur dengan air lalu dihancurkan.
"Setelah itu bisa langsung digunakan di lahan untuk semua jenis tanaman. Untuk pemilihan rumput harus memakai rumput yang sehat yang tidak tercampur bahan kimia, dan harus diketahui masa pertumbuhan rumput berada di fase vegetatif atau generatif," ujarnya.
Menurut Setyo, pupuk biosaka tidak hanya untuk tanaman padi, juga bisa digunakan untuk tanaman lain seperti kopi, alpukat, durian, jagung, dan kedelai. "Saya pakai pupuk ini sejak tahun 2021, dan hasilnya bagus. Cara gunakannya mudah, tinggal di semprot dari mulai nol hari sampai enam kali semprot," kata dia.
Meski demikian, ia tetap berharap pemerintah dapat segera menyelesaikan permasalahan kelangkaan pupuk subsidi. Ia juga meminta pemerintah melakukan penyempurnaan dan verifikasi data petani pada Sistem e-RDKK, dengan cara integrasi dengan NIK yang dikelola Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil, Kemendagri.