REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog sekaligus pemerhati anak legendaris, Kak Seto atau yang memiliki nama lengkap Seto Mulyadi kembali menekankan pentingnya untuk memaksimalkan tumbuh kembang anak. Ia menilai beberapa faktor dapat menyebabkan anak mengalami keterlambatan dalam tumbuh kembang anak seperti speech delay yang semua itu dapat dioptimalkan jika anak memiliki lingkungan yang kondusif.
“Bisa saja (speech delay) ini meningkat (di era pandemi ini), secara keseluruhan terdapat banyak pelanggaran hak anak. Pandemi seperti ini banyak orang tua yang stres, daya resiliensi yang lemah, yang akhirnya tanpa sadar melakukan kekerasan terhadap anak,” tuturnya saat mengunjungi kantor Generos di Pamulang, Tangerang Selatan, Rabu (25/5/2022).
Kondisi ini secara tidak langsung juga berdampak pada anak. Kak Seto mengibaratkan anak-anak ini adalah bunga yang indah. Jika ditanam di tanah yang subur maka dapat tumbuh dengan optimal. Namun jika anak tumbuh di lingkungan dengan orang tua yang kondisi psikisnya kurang baik, maka tumbuh kembangnya pun dapat terganggu.
Psikolog anak yang juga pernah menjadi Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) ini mengatakan, dengan kondisi psikis orang tua yang kurang baik membuat mereka terkadang lupa akan tanggung jawabnya. Mereka bisa saja kehilangan kesadarannya untuk menyayangi dan melindungi anak-anaknya. Padahal anak-anak sangat membutuhkan lingkungan yang penuh cinta.
Tidak hanya itu, ia mengungkapkan dalam upaya mencegah keterlambatan miliestone tumbuh kembang anak seperti speech delay perlu ada upaya besar dari berbagai pihak. Dalam hal ini yang berkaitan langsung dengan tumbuh kembang anak yaitu dokter, terutama dokter anak, ahli gizi, terapis dan juga psikolog. Mereka semua harus memaksimalkan peran di ranah masing-masing.
Psikolog anak yang pernah bercita-cita menjadi seorang dokter itu menilai simposium nasional yang bertajuk Membaca Fenomena Speech Delay: Pendekatan Multi Pihak' yang diselenggarakan Yayasan Akses Sehat bersama Generos ini merupakan langkah yang tepat. Betapa tidak, berbagai pakar yang berkumpul dalam simposium nasional tersebut berbagi ide dalam rangka upaya untuk mengatasi speech delay yang sedang marak saat ini.
“Mendidik anak perlu orang sekampung, perlu guru, perlu dokter, ahli gizi dan sebagainya. Maka dari itu kami selalu berkampanye kota dan kabupaten layak anak, yang dimulai dari keluarga, dan tentunya melibatkan profesional dalam asah asih asuh, terutama berhubungan dengan (pemenuhan kebutuhan) gizi,” ujarnya.
Kak Seto mengapresiasi langkah anak bangsa yang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap permasalahan saat ini seperti speech delay yang banyak dialami anak-anak pada masa pandemi seperti sekarang. Apalagi langkah tersebut dilakukan oleh anak-anak milenial.
Perlu diketahui, simposium nasional yang membahas tentang fenomena speech delay itu digelar pada Sabtu (21/5/2022) dan Ahad (22/5/2022) di Grand Zuri BSD, Tangerang Selatan. Dalam kesempatan tersebut hadir beberapa pakar dari berbagai bidang seperti dokter, dokter spesialis anak, ahli gizi, terapis dan psikolog.
Hadir pula Ketua DPP Ikatan Terapis Wicara Indonesia (IKATWI) Waspada yang juga memimpin diskusi di bidang terapi dan psikologi. Dari diskusi tersebut kemudian para pakar tersebut menandatangani piagam komitmen wujudkan anak Indonesia bebas speech delay.