REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa melibatkan Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) Surabaya dan pakar dalam mempercepat penanggulangan penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak di sejumlah daerah di Jatim. Diungkapkan, virus PMK telah menyerang hewan ternak di 23 daerah di wilayah setempat.
Artinya, hanya 15 daerah di wilayah setempat yang masuk zona hijau PMK. Khofifah mengaku, hewan ternak di 15 kabupaten/kota yang berstatus zona hijau PMK tetap terlindungi dan bisa menyuplai kebutuhan sapi bagi daerah yang memerlukan.
Termasuk untuk hewan kurban Idul Adha. “Pusvetma dan pakar saya minta membuat exercise secara lebih detail terutama melakukan proteksi terhadap 15 kabupaten kota yang saat ini masuk kategori zona hijau PMK,” kata Khofifah.
Berdasarkan data Dinas Peternakan Jatim, 15 kabupaten/kota yang terbebas dari PMK meliputi Kabupaten Sampang, Pamekasan, Sumenep, Banyuwangi, Situbondo, Ngawi, Pacitan, Tulungagung, Trenggalek, Ponorogo, Nganjuk, Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kota Blitar, dan Kabupaten Blitar.
Sedangkan 23 kabupaten/kota sisanya masul zona kuning PMK. “Kita lindungi kabupaten/kota yang berbatasan langsung dengan wilayah zona kuning atau merah. Karena kita lihat, beberapa daerah misalnya Pangkal Pinang itu suplai sapinya dari Madura, sehingga perlu kita pikirkan bagaimana tetap bisa suplai ke sana secara aman,” ujarnya.
Ia melanjutkan, perlindungan yang dimaksud misalnya dengan pengiriman sapi melalui jalur penyebrangan laut, tanpa melewati kawasan zona kuning PMK. Khofifah mengingatkan, mobilitas pengiriman hewan ternak di wilayah Mataraman juga perlu diproteksi dengan baik.
"Kita semua harus memiliki tujuan dan pemikiran yang sama. Agar semua pihak hingga lini terbawah bisa bergerak dan mengendalikan penyebaran PMK,” katanya.
Gubernur melanjutkan, komitmen melakukan proteksi di daerah yang masuk kawasan zona hijau PMK juga sebaga upaya menghindari oknum jagal yang masuk ke desa-desa dan menawar ternak dengan harga yang sangat murah. Apalagi mendekati momen Idul Adha, dimana permintaan hewan ternak biasanya meningkat.
Proteksi juga dibutuhkan untuk memberikan ketenangan kepada peternak. Berdasarkan data Posko Terpadu Penanganan PMK Hewan Ternak Jatim ada sekitar 8.794 ekor sapi terjangkit PMK. Dari total tersebut, baru 1.482 ekor sapi yang dinyatakan sembuh.
Lima daerah yang tercatat memiliki jumlah kasus PMK aktif tertinggi yakni Lumajang dengan 1.595 kasus, Gresik 1.531 kasus, Mojokerto 1.175 kasus, Probolinggo 972 kasus, dan Sidoarjo sebanyak 862 kasus. Kepala Pusvetma Surabaya, Edi Budi Susila mengaku, dirinya dan tim pakar kesehatan hewan telah siap memproduksi vaksin.
Pengembangan vaksin akan dilakukan dengan metode kultur jaringan untuk membuat vaksin inaktif (killed vaccine). Vaksin tersebut merupakan jenis vaksin yang mengandung virus yang sudah dimatikan dengan suhu panas, radiasi, atau bahan kimia.
Proses ini membuat virus tetap utuh, namun tidak mempunyai kemampuan berkembang biak. “Ini berfungsi untuk melindungi hewan ternak yang belum terjangkit dari penularan PMK. Untuk yang sudah terjangkit akan kami maksimalkan pengobatan dan perawatannya,” kata Edi.
Ia mengaku, upaya edukasi bagi para peternak juga masif dilakukan dengan sinergi dari berbagai pihak. Pasalnya, di beberapa daerah masih ditemukan adanya petani yang tidak paham penanganan hewan ternak yang terindikasi tertular PMK.
“Berikan vitamin agar imunitasnya bertambah dan mencegah penularan, cuci mulut sapi dengan NaCL, lalu bersihkan kandang dengan disinfektan setiap pagi dan sore, pastikan pula kebersihan kandang dan alatnya selalu terjaga,” ujarnya.