Senin 30 May 2022 14:49 WIB

UII Yogyakarta Tambah Dua Guru Besar

Pencapaian ini bukanlah ikhtiar sendiri, tapi kehendak Allah SWT.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Pengukuhan dua guru besar UII di Kampus Terpadu UII, Sleman.
Foto: Wahyu Suryana
Pengukuhan dua guru besar UII di Kampus Terpadu UII, Sleman.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta kembali menambah jumlah guru besarnya. Kali ini, pengukuhan guru besar dilakukan kepada Prof Fathul Wahid sebagai Guru Besar Ilmu Sistem Informasi dan Prof Budi Agus Riswandi sebagai Guru Besar Ilmu Hukum.

Prof Fathul menyampaikan pidato pengukuhan guru besar berjudul Media Sosial: Penyubur atau Pengubur Demokrasi. Sedangkan, Prof Budi menyampaikan pidato pengukuhan guru besar berjudul Teknologi Blockchain, Hak Cipta, dan Islam.

Fathul menilai, setiap teknologi tidak lahir di ruang hampa, selalu ada nilai-nilai yang disuntikkan, tidak bebas nilai tapi sebaliknya penuh nilai. Jadi, publik harus selalu diedukasi atau senantiasa sadar untuk verifikasi informasi.

Negara berperan penting menjaga iklim demokrasi dan warga negara perlu ruang menyampaikan aspirasi. Pengguna medsos yang tercerahkan dan memiliki kesadaran etis baik akan informasi palsu dapat secara kolektif melawan info-info palsu.

Ia menekankan, semua pencapaian dalam hidup, termasuk jabatan akademik profesor, tidak pernah bersifat personal. Dalam prosesnya, banyak sekali pihak mendukung dan melapangkan jalan, dan semua dengan perkenan Allah Yang Maha Melapangkan.

"Semoga jabatan akademik profesor ini bermanfaat, tidak hanya bagi saya, tapi terlebih kepada banyak orang, murid, institusi, agama, bangsa, dan negara. Semoga jabatan ini menjadi wasilah ilmu yang bermanfaat bagi guru-guru saya dan saya," kata Fathul di Auditorium Abdulkahar Mudzakkir, Kampus Terpadu UII, Senin (30/5/2022).

Dalam pidatonya, Budi menekankan, kehadiran teknologi blockchain merupakan satu keniscayaan era digital yang memiliki dua sisi paradoks. Bila dilihat dari sisi positif bisa menawarkan cara kreatif dan inovatif menjawab tantangan kehidupan.

Ia menegaskan, memanfaatkan teknologi blockchain untuk tujuan hak cipta akan menguatkan pengakuan, perlindungan dan pengelolaan hak cipta itu sendiri. Apalagi, konsep hak cipta ini masih relevan dengan nilai-nilai dan ajaran dalam Islam sendiri.

Atas jabatan akademik yang diembannya, ia menegaskan, pencapaian ini bukanlah ikhtiar sendiri, tapi kehendak Allah SWT serta dukungan dan doa banyak pihak. Karenanya, ia menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang membantunya.

"Wahai ikan patin yang bergigi, saya beri kecap yang bersih. Wahai impinan dan keluarga UII, saya ucapkan terima kasih. Mengikat hati dengan air suci, tuk berdiri menghadap ilahi. Berkhidmat dan berjanji pada Ilahi, tuk selalu mengabdi pada UII," ujar Budi, menutup pidatonya dengan pantun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement