REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menjalin kerja sama dengan PT Wahana Anugerah Energi (WAE). Kerja sama dilaksanakan dalam rangka pencanangan kampus bersih dan menginisiasi gerakan jemput sampah.
Perjanjian ditandatangani Dekan FKG UGM, drg Suryono, Yudho Indarjo dari PT WAE Yudho Indarjo, disaksikan Rektor UGM, Prof Ova Emilia. Suryono mengatakan, kerja sama untuk membangun kebiasaan membuang dan memilah sampah civitas akademika.
"Kita meluncurkan gerakan kebersihan kampus dengan membudayakan jemput sampah secara manual dan virtual. Ke mana arah kita berjalan kita akan menemukan tempat sampah. Dimasukkan ke tempat sampah sesuai dengan karakteristik," kata Suryono, Rabu (1/6/2022).
Sampah yang sudah dibuang di setiap kotak sampah selanjutnya akan diambil oleh petugas dengan mengklasifikasi jenis sampah organik dan non organik. Khusus sampah yang non organik diolah untuk dijual kembali, dikonversi menjadi rupiah.
Korpagama bisa mengelola kebermanfaatan bagi pegawai-pegawai FKG. Ia menilai, gerakan budaya kebersihan kampus ini sebagai bentuk dukungan FKG pada program-program Health Promoting University (HPU) yang dicanangkan oleh universitas.
"Kami mendukung kebijakan dari HPU tentu melalui kebersihan lingkungan," ujar Suryono.
Perwakilan PT WAE, Yudho Indarjo, menyampaikan apresiasi kepada FKG yang sudah menjalin kerja sama. Ia menjelaskan, WAE memiliki produk aplikasi yang dinamakan Rapel atau Rakyat Peduli Lingkungan yang diperuntukkan untuk pengelolaan sampah.
Sampai saat ini, ia mengungkapkan, WAE masih mengelola sampah anorganik. Walau kantor mereka berpusat di Tangerang, namun sudah punya operasional kegiatan di Yogyakarta. Karenanya, peluncuran pertama Rapel dilaksanakan di Yogyakarta.
"Karena tempat yang paling tepat memperkenalkan rapel kepada masyarakat," katanya.
Rektor UGM, Prof Ova Emilia, menyambut kerja sama ini. Ia menilai, gerakan untuk dapat menjaga lingkungan agar bersih dari sampah ini dimaksudkan agar lingkungan kampus tetap hijau dan asri yang didukung oleh segenap warga kampus.
"Saya melihat ini suatu inisiasi dan kesadaran luar biasa, sehingga bisa skill up ke tingkat universitas," ujar Ova.
Ia menyebut, budaya cinta lingkungan bersih harus dimulai dari pola pikir agar terbentuk sikap selalu memperlakukan sampah secara cermat dan cerdik. Salah satu yang digulirkan program green environment dan green mindset civitas akademika.
"Sikap di dalamnya membiasakan kita dan mahasiswa memperlakukan sampah secara cermat dan cerdik, sehingga gerakan ini menjadi lebih masif dan menguntungkan kita semua," kata Ova.