REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Tak hanya memiliki keindahan alam beserta udara yang segar, Dusun Jamuran, Desa Sukodadi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Jawa Timur, juga senantiasa menunjukkan kehidupan harmonis. Tiga umat beragama yang hidup di lingkungan dusun tersebut mampu mempertahankan kerukunan dan ketenteraman.
Ketua Panitia Penyelenggara Selamatan Desa, Andi Dumadi mengatakan, masyarakat di Dusun Jamuran terdiri atas tiga penganut agama, yakni Hindu, Kristen, dan Muslim. Semua warga dengan agama berbeda-beda tersebut hidup berdampingan dengan baik. "Kadang dalam satu keluarga ada yang campur agama. Ada yang kakak dan adik, orang tua berbeda-beda agama tetapi hidup rukun," kata pria berusia 45 tahun tersebut kepada Republika.
Melihat kondisi tersebut, masyarakat setempat pun berusaha membangun kerja sama antar-lintas agama. Kemudian membangun komunikasi antara tokoh-tokoh agama untuk menguatkan kerja sama.
Andi mencontohkan salah satu kondisi kerja sama yang sering dimunculkan warga saat perayaan hari besar agama. Misalnya, umat Hindu dan Kristen saat shalat Idul Fitri acap mengumpul di masjid sebagai langkah dukungan. Kemudian pada malam harinya, mereka berkeliling mengunjungi rumah-rumah umat Muslim yang sedang merayakan Idul Fitri.
"Begitu juga sebaliknya, kalau Nyepi atau Natalan juga sama. Masing-masing kita kerja sama," kata pria asli Dusun Jamuran tersebut.
Selamatan Dusun merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan masyarakat setempat untuk menguatkan keharmonisan antar-umat beragama. Acara ini merupakan kedua kalinya sejak 2019 yang kemudian sempat terhenti dua tahun karena pandemi Covid-19.
Untuk tahun ini, panitia mengadakan kegiatan Selamatan Desa selama dua hari. Setiap harinya akan selalu ada acara doa bersama dari masing-masing agama. Hari pertama dilakukan oleh umat Nasrani, hari kedua dipimpin oleh umat Hindu, lalu selanjutnya dilaksanakan oleh umat Muslim.
Setelah doa bersama, juga dilaksanakan hiburan yang berbeda setiap harinya. Hiburan pada hari pertamanya adalah musik dangdut lalu hari kedua tarian gambyong dan tari kuda lumping jaranan. Lalu untuk hiburan hari ketiga, yakni penampilan pencak silat.
Menurut Andi, acara puncak dilaksanakan Kamis (10/6/2022). Pada hari tersebut, dilaksanakan kenduri di mana ada banyak sajian masakan. Acara dilanjutkan dengan seni tayub atau tarian tradisional.
Selain acara doa bersama dan hiburan, panitia juga menyediakan lapak untuk para pedagang kaki lima (PKL). Hal itu berarti masyarakat bisa memilih dan membeli beragam makanan untuk dikonsumsi. Makanan yang dihadirkan juga beragam, yakni dari kerak telur, seblak, gorengan, papeda, aneka ikan laut, es jeruk, dan sebagainya.
Pada kesempatan sama, Pemangku Keagamaan Hindu Dusun Jamuran, Suji Putro, menyambut baik kegiatan Selamatan Desa. Dia juga bersyukur acara tersebut bisa dilaksanakan kembali dengan seluruh masyarakat setempat. Melalui acara ini, semua agama bisa melakukan doa baik yang dipimpin oleh umat Nasrani, Hindu, maupun Muslim.
Menurut Suji, kegiatan doa tersebut pada dasarnya bertujuan agar dusun selalu mendapatkan kedamaian, kesejahteraan dan anugerah Tuhan. Kemudian memohon untuk diberikan keselamatan dan kebahagiaan bagi semua umat.
"Itu utama yang selalu kita mohonkan kepada Tuhan, karena atas kuasa Tuhan, kita diwajibkan untuk saling menjaga. Yang namanya kalau di ajaran Hindu itu Tri Hita Karana, itu tiga yang wajib dilaksanakan untuk keharmonisan," ujarnya.
Pada ajaran Hindu, manusia awalnya harus harmonis kepada Tuhan. Kedua, umat Hindu harus harmonis dengan sesama manusia, bukan antar-agama saja. Lalu terakhir adalah harmonis dalam lingkup alam semesta yang berarti alam harus dijaga dengan baik.
Sementara itu, warga, Syamsul (31), mengaku sangat senang bisa menghadiri kegiatan Selamatan Desa. Selain bisa menikmati banyak jajanan, dia juga dapat melihat potret kerukunan antar-umat beragama.
"Saya baru pertama kali melihat acara doa bersama yang berbeda-beda setiap harinya. Ini menarik sekali buat kita belajar tentang kerukunan," kata pria yang beragama Muslim ini.