REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- TikTok mengumumkan telah memindahkan informasi para penggunanya di Amerika Serikat (AS) ke server penyimpanan Oralce. Kebijakan ini diambil sebagai salah satu solusi menjawab regulasi AS terkait integritas penyimpanan data aplikasi tersebut.
Panel Keamanan Nasional AS sempat memerintahkan perusahaan induk TikTok yaitu ByteDance untuk mendivestasikan data aplikasi video populer itu atas kekhawatiran data itu akan diberikan kepada Pemerintah China. Dikutip dari Reuters, Senin (20/6/2022), TikTok adalah salah satu aplikasi media sosial paling populer di dunia.
TikTok memiliki lebih dari 1 miliar pengguna aktif secara global. AS adalah pasar terbesar TikTok. Dalam beberapa waktu terakhir, AS meneliti para pengembang aplikasi atas data pribadi yang mereka tangani, terutama jika beberapa di antaranya melibatkan personel militer atau intelijen AS.
Pada kepemimpinan Presiden AS sebelumnya, TikTok bahkan diperintahkan untuk dijual dan tidak lagi dimiliki oleh perusahaan asal China itu. Perintah itu tidak lagi diberlakukan setelah Joe Biden menggantikan Donald Trump sebagai presiden AS tahun lalu.
Komite Investasi Asing di Amerika Serikat (CFIUS) tetap menyimpan kekhawatiran atas keamanan data di TikTok yang ditangani oleh ByteDance. TikTok pun akhirnya mencari solusi untuk menangani masalah kepercayaan itu dengan memulai komunikasi bersama server data di AS yaitu Oracle pada Maret 2022.
Oracle telah membahas untuk mengakuisisi saham minoritas di TikTok pada 2020, ketika ByteDance berada di bawah tekanan AS untuk menjual aplikasi tersebut. Raksasa komputasi awan itu sekarang menyimpan semua data pengguna TikTok AS di server data Oracle di Amerika Serikat di bawah kemitraan baru.