REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Negara-negara anggota G20 merintis adanya dana perantara keuangan atau Financial Intermediary Fund (FIF) untuk mengantisipasi pandemi di masa yang akan datang. Indonesia telah berkomitmen dengan kontribusi 50 juta dolar AS atau setara dengan Rp 741 miliar.
"Saat ini 5-6 negara sudah berkomitmen dalam FIF ini. Kami harap semua negara di G20 juga berkomitmen dalam FIF ini," kata Juru Bicara G20 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, di sela pertemuan pertama Menteri Kesehatan Negara Anggota G20 (The 1st G20 Health Ministers Meeting) di Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (20/6/2022).
Sejumlah negara yang telah menyampaikan komitmen untuk ke FIF adalah Amerika Serikat dengan 450 juta dolar AS, Uni Eropa (450 juta dolar AS), Jerman (50 juta Euro), Indonesia (50 juta dolar AS), dan Singapura (10 juta dolar AS).
Dengan demikian, FIF saat ini telah mengumpulkan sekitar 1,1 miliar dolar AS. FIF merupakan mekanisme pembiayaan baru yang dinilai paling efisien, efektif, serta inklusif karena semua negara di dunia dapat mengakses pembiayaan tersebut. Pembentukan FIF dirancang dan disusun oleh WHO dan Bank Dunia.
Untuk itu, pada hari kedua forum ini, Selasa (21/6/2022) akan digelar Joint Finance and Health Ministers Meeting (JFHMM). Pertemuan ini pertemuan pertama antara Menteri Kesehatan dan Menteri Keuangan G20 serta WHO dan Bank Dunia yang akan mendiskusikan lebih lanjut mengenai pembiayaan untuk antisipasi pandemi melalui FIF.
Pertemuan Menteri Kesehatan Negara G20 di Yogyakarta diharapkan mencapai jumlah FIF lebih besar. “Targetnya mencapai 15 miliar dolar AS," kata Nadia.
Sebelumnya Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, agenda G20 di bidang kesehatan ini bertujuan untuk memperkuat arsitektur kesehatan dunia. Langkah ini demi menyiapkan diri menghadapi ancaman kesehatan global pada masa mendatang.
Pertemuan pada 20-21 Juni ini akan membahas tiga agenda, yakni memperkuat ketangguhan siste kesehatan glonal, menyelaraskan standar protokol kesehatan dunia, dan memperluas jejaring riset dan manufaktur untuk mencegah, menghadapi, dan merespons pandemi.