REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sejak awal mula kemunculan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia di tahun 1968, hingga saat ini DBD masih menjadi salah satu beban kesehatan masyarakat. Karenanya, dalam peringatan ASEAN Dengue Day (ADD) tahun ini, IDAI Yogyakarta, Pusat Kedokteran Tropis FK-KMK UGM, KAGAMA, World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, didukung oleh Yayasan Tahija dan PT Takeda Indonesia, menyelenggarakan rangkaian talkshow dan webinar bertajuk “Dengue: Masalah Bersama, Atasi Bersama” yang berlangsung pada 16 dan 17 Juni 2022.
Project Leader WMP Yogyakarta Prof Adi Utarini menyampaikan tema tersebut sangatlah relevan, mengingat sudah hampir 55 tahun dengue ada di sekitar kita, dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hampir seluruh kabupaten di Indonesia melaporkan angka kejadian dengue, terutama di wilayah perkotaan. Kesakitan dan kematian akibat dengue masih terus terjadi, dari tahun ke tahun.
"Sayangnya, belum ditemukan obat khusus untuk penyakit dengue. Sehingga, pencegahan adalah cara terbaik. Bersyukur, saat ini terdapat sejumlah inovasi dalam penanggulangan dengue, antara lain teknologi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia dan vaksin dengue," ujar Prof Adi Utarini dalam siaran pers, Senin (20/6/2022).
"Selepas penelitian Aplikasi Wolbachia dalam Eliminasi Dengue berakhir di Kota Yogyakarta (2017-2020) yang menunjukkan teknologi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia efektif menurunkan 77 persen kasus DBD dan menurunkan 86 persen kasus DBD yang dirawat di rumah sakit, teknologi Wolbachia telah diimplementasikan di Kabupaten Sleman dan Bantul," kata Prof Adi Utarini menambahkan.
Cerita dari lapangan juga disampaikan oleh Kepala Puskesmas Berbah, Hari Pratono, yang berbagi tentang implementasi teknologi Wolbachia di Sleman bertajuk Si Wolly Nyaman-Wolbachia, Nyamuk Aman Cegah DBD di Sleman. Bersama Putri Utha selaku kader kesehatan Puskesmas Berbah yang turut hadir dalam talkshow, keduanya menjelaskan pengalaman penitipan ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia di rumah Orang Tua Asuh. Penitipan berlangsung dari Mei hingga akhir tahun 2020 lalu.
Menurut Hari, selama masa penitipan berlangsung, sempat muncul keluhan dari warga karena adanya pertambahan nyamuk. Namun, Puskesmas Berbah seringkali melakukan edukasi kepada warga, bahwa pertambahan nyamuk ini bersifat sementara, dan nyamuk yang disebarkan sudah dipastikan aman, tidak menyebarkan virus dengue.
Cerita tentang Wolbachia juga disampaikan oleh narasumber dari Dinas Kesehatan Bantul sebagai pemilik program WoW Mantul, Wolbachia wis Masuk Bantul. Kabid P2P Dinas Kesehatan Bantul, Sri Wahyu Joko Santoso, menyampaikan bahwa Bantul seringkali menempati rangking tertinggi di Provinsi DIY karena kasus DBD. Karenanya, pihaknya merasa senang sekali, saat teknologi Wolbachia bisa diimplementasikan di wilayahnya.